Protes atas penambahan golongan dan kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal) digaungkan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas). Sebagai bentuk protes, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Unhas (Semaun) menyambangi Rektorat untuk melakukan aksi demonstrasi, Rabu (29/05/2024).
Ada tiga belas tuntutan yang diajukan dalam aksi ini. Berkenaan dengan itu, massa aksi meminta ruang dialog dengan Jamaluddin Jompa selaku Rektor Unhas untuk membahas keresahan mahasiswa yang dituang dalam selebaran kajian.
Mulanya massa aksi hanya diperhadapkan dengan barisan satpam kampus. Hanya sesaat hingga pukul 13.15 Wita, Direktur Kemahasiswan, Abdullah Sanusi, menghampiri massa aksi. Direktur Kemahasiswaan kemudian segera menjanjikan akan ada pertemuan antara massa aksi dengan Rektor.
“Saya sudah bicara dengan Pak Rektor. Pak Rektor itu sedang salat, kemudian makan setelah itu kita akan atur pertemuan,” begitu yang disampaikannya. Namun demikian, butuh beberapa jam hingga akhirnya massa aksi bisa mengadakan dialog dengan Rektor.
Massa aksi kemudian menggelar panggung bebas ekspresi sembari menunggu konfirmasi mengenai pertemuan yang dijanjikan.
Selang beberapa waktu, pejabat-pejabat rektorat dan beberapa Dekan kembali menghadapi massa aksi. Kali ini, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Akademik (WR 1), Muhammad Ruslin yang berbicara langsung dengan massa. Setelah mendapat lembaran kajian massa aksi, WR 1 meminta waktu agar pihak birokrasi dapat melakukan diskusi terlebih dahulu.
“Ini tuntutan anda kan sudah diterima, dan kita harus pelajari dan diskusikan,” terang WR 1.
Meskipun demikian, massa aksi tetap meminta pertemuan dengan Rektor.
“Kami tidak butuh perwakilan,”
“Mana Rektor? Kami mau ketemu rektor,”
Teriakan-teriakan serupa muncul dari barisan massa aksi merespon pernyataan WR 1.
Menyoal pertemuan yang dijanjikan, Koordinator Lapangan (korlap) dari masing-masing fakultas diminta untuk bertanda tangan sebagai bentuk jaminan pertanggungjawaban.
“Bisaji ketemu di dalam (rektorat) tapi harus identifikasi semua siapa yang bertanggung jawab. Korlap bisa bawa massanya, tapi ada korlap yang bertanggung jawab terhadap massanya, begitu ji saja na minta tadi,” terang Ihkam salah satu massa aksi, saat berembuk dengan korlap dari masing-masing fakultas. Hal itu disampaikannya sebab rektor tidak turun untuk menemui massa dikarenakan alasan keselamatan.
“Nda mau turun (rektor). Itumi tadi nabilang, keselamatan,” ucap Ihkam.
Massa aksi kemudian berdiskusi mengenai syarat yang diberikan untuk bisa bertemu rektor. Sambil menunggu kesepakatan, pagelaran aksi kembali diisi dengan puisi-puisi, orasi, dan monolog. Beberapa mahasiswa kemudian menyampaikan keresahannya, sama seperti yang dilakukan mahasiswa Fakultas Vokasi. Dalam orasinya, dia banyak menyorot soal fasilitas yang diberikan Unhas kepada mereka.
Hal ini kemudian dikonfirmasi oleh salah seorang massa aksi, yakni Tegar yang membenarkan informasi dari mahasiswa-mahasiswa Vokasi bahwa mereka ketika melaksanakan kegiatan kuliah sering kali tidak berada di ruang kelas. Sebab ruang kelasnya, kerap digunakan untuk kegiatan rapat dosen.
“Nah, makanya sering kali mereka (mahasiswa Vokasi) tidak berkuliah di ruang kelas, nah itu yang mereka tuntut,” tambahnya.
Selain itu, saat massa aksi masih mendiskusikan penandatanganan yang diminta pihak rektorat, didapati adanya upaya yang dinilai sebagai bentuk intervensi dan intimidasi dari kampus. Ihkam adalah salah satunya. Dekan Fakultas Hukum (FH) memberi ancaman kepada Ihkam, “Saya (lapor) komdis (komisi disiplin) ko itu,” begitu ucap Dekan FH saat menghampiri Ihkam.
Ancaman yang dinilai intimidatif ini sebenarnya sudah diantisipasi terlebih dahulu. Sebelumnya, Direktur Kemahasiswaan meminta mahasiswa yang ingin bertemu rektor agar kiranya melepas masker atau penutup wajah yang digunakan.
“Jadi yang bisa masuk (ikut dialog) itu hanya mahasiswa Unhas, tidak pakai masker, satu. Yang kedua, jaga ketertiban, tidak boleh ada yang merusak,” pungkas Abdullah Sanusi. Hal tersebut dinilai potensial menghadirkan upaya intervensi dan intimidasi kepada massa aksi.
Ihkam menanggapi pernyataan dari Direktur Kemahasiswaan tersebut bahwa ketika mahasiswa melakukan aksi, selalu ada intervensi dan intimidasi yang diterima pihak massa. “Kami menginginkan komitmen juga pak,” ucapnya.
“Kami menyampaikan hari ini, kami aksi dengan konsolidasi yang baik sejak awal. Identifikasi setiap mahasiswa adalah mahasiswa Unhas, kami bisa pastikan itu, tapi kami juga butuh kepastian ketika kawan-kawan membuka maskernya tidak ada ancaman, tidak ada intimidasi,” sambungnya.
Namun, hal ini tak terhindarkan. Selain Ihkam yang diancam akan dilapor ke komdis oleh dekannya, salah seorang massa aksi juga mengaku diminta pulang oleh dekannya sehabis menyampaikan orasi. Saat ditemui (red: catatan kaki) setelah aksi, dia mengiyakan kejadian tersebut.
Dua mahasiswa pertanian juga mendapat pengalaman serupa, Dekan Fakultas Pertanian mencari mereka melalui via grup Whatsapp. “Iyaa, berdua ka dicari sama dekan,” ujar Kahlil sambil menunjukkan foto mukanya di kolom percakapan grup dosen Fakultas Pertanian.
Pertemuan dengan Rektor akhirnya disepakati. Dialog itu diadakan di dalam Gedung rektorat, tepatnya lantai dua, di ruang Senat Mahasiswa pukul 16.08 Wita. Selain tanda tangan dari tiap-tiap korlap fakultas, mahasiswa juga diharuskan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) kepada barisan satpam di pintu masuk rektorat untuk bisa bertemu dengan Rektor.
Dialog tersebut banyak dihadiri oleh pejabat-pejabat rektorat dan beberapa dekan-dekan fakultas. Menjelang magrib tiba, dialog segera dibubarkan dengan alasan pejabat-pejabat rektorat ingin melakukan salat magrib. Dengan berakhirnya dialog tersebut, para massa aksi mulai turun kembali ke pelataran rektorat dan dilakukan pembacaan pernyataan sikap. Setelah itu, massa mulai membubarkan diri dan aksi berakhir pada pukul 18.10 Wita.
Reporter: Lullaby_Boy
No Comment