Tuang Keresahan pada Kampus, Mahasiswa Unhas Gelar Panggung Bebas Ekspresi


Sore hari di pelataran Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Universitas Hasanuddin (UPT MKU Unhas) digelar panggung bebas ekspresi pada Senin (20/05/2024). Dalam kegiatan ini mahasiswa Unhas berkumpul untuk menyuarakan keresahannya terhadap kondisi pendidikan tinggi saat ini.

Beberapa spanduk terbentang mengelilingi lokasi panggung yang menampilkan tuntutan dan seruan bagi seluruh sivitas akademika untuk bertindak atas keresahan yang dialami. “Seruan bagi mahasiswa, dosen, mace-mace, outsourcing untuk menyampaikan keluh kesah, Bersama kickout tirani” tertulis dalam salah satu spanduk.

Kegiatan ini menyoroti banyak permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan tinggi khususnya di Unhas. Terpampang di spanduk, ada 10 masalah Unhas yang disorot mahasiswa di tengah 10 tahun predikat Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) yang diperoleh Unhas.

1) Uang Kuliah Tinggi (UKT) setinggi langit

2) Fasilitas tidak memadai

3) Pembatasan kegiatan

4) Pembungkaman kritik

5) Mahasiswa dipolisikan

6) Kekerasan seksual merajalela

7) Pungutan liar di mana-mana

8) Penggusuran pedagang kecil

9) Legalisasi pinjaman online (pinjol) untuk kuliah

10) Dana kemahasiswaan dikebiri

“Sebenarnya ini akumulasi dari beberapa permasalahan yang bertahun-tahun belakangan ini kita rasa tapi didiamkan,” ujar Aleroy salah satu mahasiswa Unhas. 

Lebih lanjut Aleroy mengatakan bahwa sebenarnya yang paling disorot dari 10 masalah Unhas ini ialah soal kenaikan UKT yang terus terjadi setiap tahun. Bahkan, kenaikan UKT belakangan ini sudah tiga tahun berturut-turut.

Sependapat dengan itu, Minke, mahasiswa Unhas lainnya menyambung tentang UKT yang naik, namun masih banyak hal yang belum selesai dibenahi kampus. “Kayak fasilitas, kebebasan berekspresi, dan lain sebagainya toh,”

Ia pun turut kecewa dan marah akan hal itu walaupun kenaikan UKT merupakan dampak dari peraturan Menteri. Namun, menurutnya Unhas seharusnya bisa menyuarakan ke Kementrian bila memang Unhas ingin seluruh orang-orang di kawasan Indonesia timur bisa mengenyam pendidikan tinggi.

“Tapi apa yang didapat toh, pendapatnya saja kementrian terkait pendidikan tinggi, dia bilang  (pendidikan tinggi itu) kebutuhan tersier, yang berarti untuk mewah ji. Terbukti mi Unhas dan Kementerian menganggap kalau pendidikan memang hanya (untuk) orang kaya,” terang Minke.

Seiring waktu, mahasiswa makin berdatangan. Satu per satu silih berganti bersuara menunjukkan kemarahan, keresahan, dan seluruh permasalahan kondisi kampus lewat nyanyian, pembacaan puisi, dan penampilan orasi yang memekakkan telinga.

Terdengar lantang kemarahan mahasiswa lewat orasinya yang satire menyoal sikap kampus ketika menghadapi aksi-aksi yang dilakukan mahasiswanya. “Unhas punya segudang permasalahan yang kalau didemo mahasiswa, Unhas mengutus satpam sampai polisi untuk mengintervensi (padahal) Unhas mengaku humanis,” jelas salah satu orator.

Sejalan dengan orasi tersebut, di sela-sela kegiatan berlangsung, pihak keamanan datang memantau panggung bebas ekspresi tersebut.

Menanggapi itu, Minke berkomentar atas kedatangan pihak keamanan saat kegiatan berlangsung. Menurutnya selama ini pihak kampus tidak pernah betul-betul mendengar keluhan dari mahasiswa dan tidak membuka ruang penyaluran aspirasi seluruh pihak yang resah.

“Tanggapannya mereka (pihak keamanan) cuman berdiri-berdiri untuk mengawasi,” sambungnya.

Terakhir, Minke berharap agar kegiatan ini menjadi titik awal bagi seluruh sivitas akademika untuk lebih peka dan sadar atas masalah yang dihadapi bersama. Selain itu, ia berharap agar pihak Unhas dapat mendengar suara-suara mereka, utamanya ketika perumusan kebijakan yang berdampak pada mahasiswa.

“Siapa tahu dia (Unhas) mau bikin dialog kemahasiswaan (atau) dialog akademik. Intinya (ada) ruang dialektis yang sama-sama ki diskusikan, apakah permasalahan ini punya tindak lanjut dari kampus atau tidak,” tandas Minke.

Hingga malam tiba, mahasiswa masih tetap menyuarakan keresahannya. Di akhir kegiatan kemudian ditutup dengan acara nonton bersama. Namun, Film hanya terputar sesaat lalu mahasiswa segera membubarkan diri sebab satpam mulai banyak berdatangan di lokasi kegiatan saat itu.


Reporter: Ahmad Adhitya

© 2024 – SLOT GACOR MAXWIN™

Previous Aparat Masuk Kampus: Teror Ketakutan Kebebasan Sipil
Next Aksi Protes Kenaikan UKT: Melindungi Rektor, Mengintimidasi Mahasiswa

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *