Judul : Detachment
Tahun Rilis : 2011
Sutradara : Tony Kaye
Durasi : 1 Jam, 37 Menit, 46 Detik
Pemeran : Adrien Brody, Henry Barthes, Samy Gayle, Betty Kaye, Marcia Gay Harden, James Caan, Christina Hendricks, Louis Zorich
Catatankaki.org-Henry berdiam diri di ruangan kosong, kemudian klip berpindah begitu cepat dengan mempertontonkan sebuah pohon yang daunnya berguguran lalu berubah menjadi buku bertuliskan adagium Albert Camus yang berbunyi “and never have I felt so deeply at one and the same time so detached from myself and so present in the world” menjadi pembuka Detachment.
Detachment pertama kali tayang pada 25 April 2011 di Festival Film Tribeca. Berlatar belakang kehidupan sebuah sekolah menengah di New York, Amerika Serikat dengan persoalan paling besar adalah siswa-siswanya yang acuh tak acuh, selalu melawan dan membangkang terhadap guru bahkan tidak sedikit terjadi kekerasan fisik. Tony Kaye membungkus beragam konflik dalam Detachment berawal dari sini.
Henry ditunjuk sebagai guru pengganti untuk mengajar sastra inggris selama beberapa waktu. Cerita panjang dalam Detachment resmi dimulai. Latar belakang kehidupan Henry yang cukup krusial dan traumatik dibentrokan dengan tugasnya sebagai guru penjinak di kelas yang siswanya cukup berandal. Di hari pertama mengajar, Henry mendapat hujatan dari dua orang siswanya, salah satu siswa memilih untuk meninggalkan kelas. Adegan mengesankan hadir saat salah satu siswa melempar tas Henry, lalu Henry berkata “That bag, it doesn’t have any feelings, it’s empty. I don’t have any feelings you can hurt either”. Setidaknya, perkataan itu membuat salah satu dari dua siswa tersebut akhirnya memilih untuk melanjutkan pelajaran dan bertahan di kelas.
Hiruk-pikuk dan perdebatan antara Henry dan dua siswa sebelumnya memberikan kesan lain bagi salah satu siswa di kelas itu, Meredith, salah seorang siswa dengan permasalahan emosional karena menjadi korban bullying beberapa kali. Ia tiba-tiba menaruh perasaan terhadap Henry, terpikat dengan cara Henry menanggapi siswa-siswa nakal di kelasnya. Di beberapa cuplikan, Meredith berkali-kali memotret Henry diam-diam di lingkungan sekolah, perasaan itu tumbuh liar dan mendidih di dalam diri Meredith.
Selain sebagai guru, Henry memiliki tanggungjawab lain dalam hidupnya. Henry memiliki seorang kakek yang dirawat di panti jompo, Henry beberapa kali menyempatkan waktu mengunjungi kakeknya. Selepas mengajar tepat di hari pertama sebagai guru pengganti, Henry menuju ke panti. Saat tiba, sang kakek tengah berada di water closet, menghayal dan memikirkan anak perempuannya, Patricia, yang juga merupakan ibu Henry, yang mati bunuh diri beberapa tahun silam. Kakek Henry dirundung penderitaan berkepanjangan saat kehilangan putrinya, ia merasa Patricia masih ada di depan matanya dan berbincang dengannya setiap saat.
Kunjungannya ke panti jompo membuat Henry larut dan ikut tenggelam bersama masa-masa suram kakeknya. Alhasil, saat berada di bus dalam perjalanan ke apartemennya, Henry terisak. Namun, lakon tidak berhenti di situ, Detachment kemudian membagi fokus menjadi dua, Henry yang sedang menangis, dan sekaligus melihat seorang pelacur dihajar oleh lelaki hidung belang beberapa meter di sampingnya. Bus berhenti, pelacur berumur 15 tahun yang diketahui bernama Erica itu keluar berjalan membuntuti Henry. Perdebatan terjadi antara Henry dan Erica, tentang sisi empati manusia yang nihil saat melihat perempuan dihajar dan depresi akut seorang pria hingga tidak mampu berempati.
Pertemuan Erica dan Henry terulang esoknya, setelah berbincang, Henry membawa Erica ke tempat tinggalnya, berniat ingin merawat Erica dengan kondisi memar-memar di beberapa bagian tubuhnya. Tinggal berdua, menjadikan Erica jatuh hati kepada Henry, perasaan itu tumbuh membesar, Erica menunggu kepulangan Henry dengan menyiapkan makanan setiap harinya.
Konflik yang bertubi-tubi menjadi ciri khas Detachment, klip demi klip selalu mempertontonkan masalah hidup manusia sekaligus bagaimana cara mengahadapinya, kita tidak bisa menerka-nerka dari sekian banyak konflik, manakah konflik yang menjadi kekuatan utama, tidak ada konflik yang lebih menonjol. Seakan semua permasalahan menjadi kesatuan penting bagi Detachment. Komparasi antara satu perkara ke perkara lainnya menjadi sesuatu yang memanjakan, tanpa berpikir jauh, kita mengerti.
Tiga momen krusial sekaligus klimaks dari Detachment menghampiri Henry, sang kakek menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit panti jompo, Erica menangis tersedu-sedu saat akan dipindahkan ke panti rehabilitasi, dan Meredith yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Detachment memberikan gambaran mengenai absurditas kehidupan, kutipan kalimat Albert Camus muncul di awal film setidaknya menjadi penandanya. Pemikiran Camus seakan menjadi pondasi kuat dalam film ini, terbukti, Detachment begitu dekat dengan kecemasan, trauma mendalam, kematian dan kesedihan. Camus memang terkenal dengan karya-karyanya yang senantiasa berbicara menyoal kehidupan manusia, misal dalam “L’Etranger” (1941) dan “Le Mythe de Sysiphe” (1943), baginya manusia dan kehidupannya itu absurd, hubungan antara manusia dengan dunia hanya akan berujung sia-sia, bahkan Camus menganggap bahwa tidak ada makna dalam kehidupan. Scene to scene yang berganti cukup cepat bukan masalah berarti, karena Detachment akan selalu mempertontonkan bagaimana manusia menjalani hidup dengan pelik, rumit, dan penuh derita.
Hubungan dilematis antara pikiran dan realitas membuat manusia sulit mendalami dirinya sendiri. Beberapa manusia memiliki ketergantungan berlebih terhadap pikirannya, naasnya realita tidak selamanya similar dengan nalar. Pada akhirnya, bom waktu meledak, semua keyakinan akan sirna beriringan dengan hadirnya realita yang menyakitkan, sekaligus lahir penderitaan. Kegelisahan manusia menyelami dunianya dituangkan dalam Detachment, kira-kira begini.
“I have days when I just don’t feel like myself. I reach inside, and I’m just not there. And it scares me, each time, that I wont come back. What’s left of me doesn’t want to live my life. And if I don’t come back, I feel like I wont have a future.”
Konfrontasi antara realita dan pikiran liar manusia inilah yang dianggap Camus sebagai ketidakbermaknaan kehidupan. Hal ini akan terjadi seakan tak berujung, bayang-bayang manusia tentang kehidupan yang lebih baik hari esok hanya akan menjadi kemelut bagi dirinya sendiri. Kodratnya, realita tidak akan pernah memberikan jawaban yang pasti terhadap angan-angan manusia, sementara manusia membutuhkan kepastian dan kejernihan di setiap langkahnya, olehnya Camus menganggap bahwa hidup adalah kesia-siaan. Bahkan jika kita mengalami kebuntuan memikirkan masa depan, hari esok akan tetap bergulir tanpa peduli logika pikiran kita yang tengah berhenti.
Namun, Camus meyakini bahwa jalan bagi polemik absurdnya kehidupan adalah dengan kesadaran manusia. Detachment mengamini itu, dengan berbagai distraksi yang menyentuh kehidupan Henry, ia seakan ingin menyampaikan kepada Erica dan Meredith bahwa mereka lah yang harus bertanggung jawab atas diri mereka sendiri, bukan manusia manapun. Bahwa semua harapan yang dipupuk selama ini justru menjadi malapetaka bagi diri mereka sendiri. Erica dihantam kekecewaan terhadap Henry karena menjebloskannya ke panti, sedangkan Meredith yang cintanya ditolak oleh Henry akhirnya memilih untuk bunuh diri.
Kemalangan yang dialami dua gadis itu bermula dari akar yang sama, tapi Erica memilih untuk tetap menjalani hidupnya di panti rehabilitasi. Meredith memilih untuk bunuh diri secara filosofis (phylosopical suicide) menurut Camus. Pilihan Meredith terjadi karena ia tak mampu meraba realita dengan pikiran rasional, bahwa Henry menolaknya. Meredith menganggap bunuh diri adalah pilihan terbaik. Potongan lirik My Chemical Romance dalam lagu Fake Your Death bersuara “I choose defeat, I walk away”.
Ada satu adagium dari Camus, “Should I kill myself, or drink a cup of coffee?”. Adagium ini setidaknya mengungkapkan bahwa pilihan Erica lebih agung dibandingkan Meredith, meskipun begitu Camus melihat masalah kematian adalah sebuah keniscayaan yang akan ditempuh sekaligus meyakini bahwa kematian tidak dapat dihindari. Setidaknya, Camus ingin kita selalu menjalani hidup apa adanya dengan segala elusif yang ada. Sekedar mendengarkan lagu Louis Armstrong “what a wonderful world”, sudah cukup. Tetap menjalani hidup adalah pilihan yang tepat sekaligus sebuah bentuk pemberontakan terhadap absurditas yang ada, jika Rene Descartes dalam Discourse on the Method (1967) mengatakan “cogito ergo sum” maka Camus dalam The Rebel (1951) bilang “I rebel, therefore I exist”.
Di akhir film, Henry menjumpai Erica di panti rehabilitasi, Detachment menggambarkan bahwa kita hanya perlu menjalani hari-hari dengan manusia lain untuk berbagi kebersamaan bukan mengharapkan sesuatu yang lebih baik ke depannya. Satu lagi, film ini terasa kurang, kira-kira kenapa Tony Kaye tidak memilih lagu Gloomy Sunday yang dipopulerkan oleh Billie Holiday sebagai backsoundnya? ah ini pertanyaan absurd.
Author: Filadelfia
No Comment