Catatankaki.org-Mencetak kenangan manis dengan membawa nama besar Universitas Hasanuddin (Unhas), Unit Kegiatan Mahasiswa Softball (UKM Softball) Unhas berhasil kawin gelar pada pertandingan Airlangga National Championship Surabaya, 16-20 Juli 2024, di lapangan Softball Dharmawangsa, Universitas Airlangga.
Namun dibalik kesuksesannya, terselip kegundahan lantaran UKM Softball harus mengembalikan uang talangan sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kepada Kemahasiswaan Unhas. Sebab di akhir pertandingan tim putra-putri UKM softball mengalami kendala biaya sewaktu mereka hendak meninggalkan tempat pertandingan untuk kembali ke kota asal, Makassar.

Terkendala Biaya Pulang
Jauh sebelum pertandingan berlangsung, Maulana Raji selaku ketua umum UKM Softball Unhas sempat menemui Kepala Sub Bagian (Kasubdit) Kemahasiswaan, Muhammad Irdam Ferdiansah pada Kamis (20/6). Di pertemuan itu terjalin pembicaraan, salah satunya mengenai pendanaan akomodasi. Dalam negosiasinya, Maulana mengusulkan kebutuhan kedua tim selama pertandingan dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB) di proposal senilai Rp90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah). Namun dengan nominal yang ditawarkan Maulana, Irdam Ferdiansyah hanya bisa mendanai satu tim saja dengan alokasi anggaran Kemahasiswaan senilai Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Alih-alih mencukupi akomodasi selama pertandingan, keinginan Maulana mengikutsertakan kedua tim langsung terhalang oleh biaya pendaftaran. “Untuk (biaya) pendaftaran saja untuk 2 tim ini lima belas juta. Bahkan untuk uang pendaftaran pun belum cukup.” ungkapnya.
Tak patah arang, Maulana tetap mengupayakan agar kedua tim-nya bisa berangkat demi membawa nama besar Unhas. Salah satu caranya, yakni menjalin kerja sama dengan beberapa sponsor. Pada akhirnya, UKM Softball tetap bisa mengikuti pertandingan tersebut tanpa pengecualian ketidakikutsertaan salah satu tim.
Menjelang final, kedua tim Softball sempat mengalami kesulitan untuk kembali ke makassar dikarenakan kehabisan tiket kapal pada Minggu (21/07). Rencana kepulangan mereka terkendala sebab tiket kapal di hari itu telah habis dan jadwal keberangkatan kapal terdekat baru ada pada Sabtu (27/07).
Kondisi tersebut kemudian membuat Maulana bersama tim-nya berniat pulang dengan menggunakan pesawat. Sayangnya, dana persiapan yang mereka sisipkan hanya cukup untuk membeli tiket kapal saja. “Sebenarnya adaji uang ta, bisa jaki semua dipesankan tiket kapal, tiga ratus lima ribu rupiah,” ucapnya.
Selintas kemudian, di hari yang sama Maulana akhirnya menghubungi Irdam Ferdiansyah untuk membicarakan masalah kepulangan mereka hingga pada akhirnya terjadi proses negosiasi antara keduanya.
Syarat Pengembalian Uang Kemahasiswaan
Selepas pembicaraan via telepon tersebut, ditemukan kesepakatan bahwa Kasubdit Kemahasiswaan memberikan dana tambahan sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk menalangi pembiayaan transportasi kepulangan tim. Dana tersebut tidak semata-mata diberikan percuma pada UKM Softball, namun mereka harus mengembalikan dana tersebut nantinya menggunakan uang reward dari hasil pertandingan dan reward apresiasi dari Kemahasiswaan Unhas.
“Nanti kalau kau sudah dapat itu uang hadiahmu, baru kasihkan ke kami kembali. Kalian kan punya reward, masih bisa digunakan juga itu. Jadi dana talanganmu ini masih tertutupi ki dengan itu,” ujar Irdam Ferdiansyah saat menjelaskan percakapannya dengan Maulana waktu itu.
Dengan tawaran tersebut, Maulana memberikan keterangan serupa.
“Pokoknya bahasanya itu, dia (Kasubdit Kemahasiswaan) kasih ma dulu uang. Dia bantulah karena harus sekali maki pulang toh, habis habisan maki juga kalau misal stay ki di sana. Nah nanti gantinya pake uang hadiah,” ucap Maulana
Beberapa saat kemudian, Maulana akhirnya mendapat notifikasi bukti transfer dari Bendahara Kemahasiswaan Unhas.

Di bayang-bayang pinjaman sementara, Maulana sempat merisaukan kejadian tersebut. Lantaran perlunya ada evaluasi prosedur untuk mendukung prestasi Mahasiswa terutama dalam berkompetisi membawa nama besar Unhas. Akomodasi dana yang Unhas berikan jauh dari kebutuhan yang diperlukan UKM Softball.
“Kalau misal memang cukup ji rektorat biayai ndak bakal adaji kasus begini sebenarnya. Istilahnya cukuplah, dan ndak bakal ma menelpon kurang uang.”
Beda halnya dengan apa yang disampaikan oleh Irdam Ferdiansyah selaku Kasubdit Kemahasiswaan terkait permasalahan ini. Menurutnya hal yang terpenting adalah proses perencanaan awal.
“Nah ini yang paling penting sebetulnya. Ada dalam pembicaraan kita dipenganggaran awal. Karena kan, tujuan dari kita berbicara di awal itu semua ada perencanaanya. Kan di situ proses belajarnya. Perencanaanya ada dan kita coba konsisten dengan perencanaan itu bahwa ada adaptasi-adaptasi, ada fleksibilitas,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa dana tersebut bukanlah dana pinjaman, melainkan suatu hal yang telah disepakati sebelumnya. “Saya tidak tahu di mana pemikirannya teman-teman di Softball, yang mengatakan bahwa ini adalah pinjaman. Karena pembicaraan di awalnya seperti itu.”
Kurangnya Dana Akomodasi UKM saat Pergi Bertanding serta Penahanan Dana Kesekretariatan Tahap 2 UKM Softball Unhas
Selain Maulana, Rafi salah satu anggota dari tim putra sempat kaget perihal dana pinjaman tersebut. Alih-alih membebankan dana pinjaman ke UKM, menurutnya Unhas semestinya mendukung akomodasi UKM, apalagi saat membawa nama Unhas.
“Masalah perjanjian pinjaman itu bikin kaget sebenarnya karena kan UKM ini selalu membawa nama Unhas, jadi bisa lebih disupport lagi. Karena satu-satunya masalah besar untuk UKM itu pendanaan sebenarnya,” ucapnya.
Ditambah lagi dalam pengakuannya bahwa akibat terkendala dana, mereka terpaksa menginap disalah satu rumah keluarga anggota tim putra. “Untuk tim putri dia sewa hotel kalau putra ini ngepas sekali sebenarnya. Jadi ya itumi, mati-matian ki di sana. Ndak sewa ki tempat tinggal, jadi dicari mami itu atlet ta yang punya keluarga di sana, kita pake rumahnya, itu mami.”

Senada dengan Rafi, Fitrah sebagai kapten tim putri juga menyayangkan kejadian ini. Sebab selama UKM Softball mengikuti beberapa kejuaraan, sering kali tim putri merasa diabaikan. Bahkan demi tetap mengikuti kejuaraan mereka berusaha mencari dana secara mandiri.
“Dari dulu itu kita tidak pernah berharap besar ke Rektorat. Karna sudah berapa kali tim putri Unhas ikut kejuaraan memang sangat sulit dananya untuk keluar dari Rektorat,” bebernya.
Akibat minimnya akomodasi dari kampus, tim putri sempat mengalami kesulitan biaya kepulangan. Mereka akhirnya memutuskan untuk meminjam kepada sesama anggota tim yang memiliki uang lebih untuk menutupi kekurangan agar mereka bisa pulang secara bersamaan.
“Sebenarnya keuangannya dari tim putri juga minim untuk pulang. Jadi solusinya yang punya uang lebih kita pinjam dulu untuk bisa sama sama balik semua,” tambah Fitrah.
Selain beban pinjaman sementara tersebut, masalah lain turut hadir pada UKM Softball. Maulana mengaku sempat terjadi penahanan dana kesekretariatan dan operasional pengurus tahap dua periode Juli-Desember UKM-nya. Ia mengetahui perihal tersebut setelah munculnya pesan Whatsapp dari salah satu staf Kemahasiswaan, Selasa (03/09).
Lewat pesan tersebut, Maulana membeberkan bahwa dana kesekretariatan dan operasional tahap 2 UKM-nya telah cair. Akan tetapi, dana itu belum bisa diambil oleh pihaknya sebab mereka belum melunasi dana pinjaman tersebut.
“Cair mi dana kesekretariatan dan operasional tahap 2 nya UKM softball, tapi belum bisa diambil karena belum dibayarkan yang sepuluh juta, itu narasinya,” ujar Maulana sembari menunjukkan bukti pesannya.
Sesudah itu, dengan helaan napas panjang ia mengutarakan kebingungannya. “Jadi ya sudahmi, setelah dia chat itu kumpul tenaga ja karena dalam artian harus ka apa,” tambahnya.
Setelah hampir dua minggu lebih berjalan, Maulana kembali menginisiasi untuk bertemu langsung dengan Bendahara Kemahasiswaan, tepatnya pada Kamis (19/9). Hingga pada akhirnya, dana yang sempat ditahan tersebut dapat dicairkan tanpa syarat tertentu.
Terkait permasalahan dengan sekelumit prosedur yang Maulana jalani, terutama pada pendanaan di Kemahasiswaan. Ia mengatakan bahwa pihak UKM-UKM terutama yang bergerak di bidang olahraga, jelas akan memberangkatkan banyak orang saat pergi mengikuti lomba membawa nama Unhas. Sehingga mereka memerlukan banyak dana seperti pada kasus UKM-nya. “Karena itu juga RAB sembilan puluh juta rill mi itumi yang dibutuh ki kodong. Itupun cair sepuluh juta jadi harapannya, dipertimbangkan ulang,”
Selain itu, menurut Maulana bahasa pinjaman, bantuan, dan talangi, tidak baik digunakan dalam situasi mahasiswa yang pergi bertanding. Lanjut ia mengatakan bahwa pihak Kemahasiswaan jelas tidak memiliki prosedur atau mitigasi untuk kasus seperti yang dialami UKM-nya.
“Pasti memang ndak ada prosedur yang jelas untuk kasus ini. Kejadian ini ndak mengenakkan. Masalahnya dari UKM ta sendiri kawin gelar itu kayak waw sekali mi iya. Juara 1 sulit, apalagi kawin gelar,” tambahnya.
Penulis: Siapaabid
Editor: Giulia
No Comment