Ketergantungan dan Puisi-Puisi Lainnya


Sepercik asa dalam sunyinya pemakaman jiwa

Baru kali ini benar beda rasanya

semu menyatu, nyata hilangnya dan pasti

Pertemuan sekilas tanpa kata, tanpa obrolan, lewat begitu saja dalam mimpi sosok insan yang dipuja

Tempo hari awal perkenalan denganmu, perkenalan tak terduga dan tanpa rencana

Sekejap nyata terasa bedanya

Tatap mata, larut dalam ketertarikan paras yang menawan, dingin dan misterius menyelimuti jiwa mungilnya.

Baru kali ini benar beda rasanya

Tumbuh liar dalam benak, berkembang dan menjalar menggerogoti pre-frontal corteks hingga menyisahkan candu terpikir dalam setiap gerak

Skema cerita khayalan menggeliang dalam ketidaksadaran, hanyut dan tenggelam

“Pantaskah seseorang sepertiku untuk bisa menyatu?” bisikan jiwa yang telah lama mati terkubur dalam pemakaman rasa & cinta

Bangkit sementara, bangkit dengan semu. Cahaya mengganggu tidurku di pemakaman itu.

Mencoba mengusik kesendirian, tanpa sedikit menyalahkanmu.

Baru kali ini benar beda rasanya, seperti ada yang berupaya membangkitkan

Namun, tanpa kesengajaan kudapati pesan bahwa dirimu juga telah mati dalam pemakaman itu, pemakaman rasa & cinta.

Korban dari masa kelam, masa yang tidak memihak pada kebahagiaan hingga menyeret mereka yang terluka ke ujung jalan nestapa.

Hingga kini hanya tersisah butiran asa mencoba menciptakan momen agar kehadiran itu nyata terasa.

Jiwa yang telah lama mati, bersama dalam satu pemakaman rasa & cinta

Cepat atau lambat, hisapan waktu kian menggerus. Akankah hari kebangkitan itu ada atau abadi dalam kesunyian sampai lenyap termakan usia.


Ketergantungan

kepada siapa aku berdusta

persendian kini melebur dengan candu

hampa bilamana tak ada

munculnya pun memaksa tubuh meronta

melilit rindu akan kehadirannya

siapapun dia tolong katakan

benciku akan jelmaanya

membabi buta meretas alam kesadaran

diri ini belum benar merdeka

meski lampau hari berdikari tanpanya

pelan pasti akan mati ke dalam ilusi

dopamin ini telah rusak karnamu

dan kau bertanggungjawab penuh atas itu

kontrol candu dengan kesadaran

janganlah  gusar dengan ketiadaanya

sesak isak pun tersesat dalam siasat

alasan mana lagi belum terucap

sesal hari jadi penantian

langkah akhir temukan jalan

tuk kembali pada ketiadaan


Euforia Dalam Kendali

Gelap terang menyapa tiap kali menjalani hari

Terbuka hingga terpejam menyimpan banyak ingatan

Satu persatu datang menjelma bagai budak tak bertuan

Memaksa diri menjadi tuan kala budak itu datang

Perlahan tahta tuan bersinar hingga jadi angkuh tak bermoral

Tak butuh waktu lama runtuhnya singgasana terkudeta oleh para budaknya

Budak itu segala bentuk ingatan, bersama lara datang menyerbu tuan

Tuan pun kebingungan atas serangan yang terjadi dalam satu malam

Kejadian itu terus bergulir, berganti posisi antara budak dan tuan menjalani hari

Tak ada yang abadi dalam hidup sang pemuja duniawi

pikiran, hati dan haha hihi adalah teman panjang sang penakluk bumi

selamatlah di alam nyata dan alam lainnya bagi siapa saja yakin itu ada


Author : Siapaabid

Previous Perempuan dalam Belenggu Adat dan Budaya Patriarki
Next Asmaraloka di Tepi Pelabuhan

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *