Lara Si Dara
Embun kelabu menetes dalam hening kepedihan
Menyapu duka yang teramat sayup
Mengais compang-comping berleraian
Membisu dalam bungkam hati yang menusuk

Ia merangkak ke penghujung cahaya
Lebam di sekujur tubuh
Nampak tilas saksi bisu akan kelamnya hidup sang dara
Ulah hewan liar yang buas nan bengis

Kemana hidup ini bertapak?
Renggut nan binasa kau perbuat
Sukma ini telah padam tersapu keganduhan diri yang remuk

Terkutuk kau jahanam!
Rumpah ruah murka ini padamu
Perdayakan diri pada tulah si pemburu

Cahaya binar sukmaku seakan hilang dari pandang
Terbelanga dalam ruang yang gelap nan sumpek
Terbawa pedih getir yang anyir

Nyalakan obor kepedihan ini!
Tangisi nasib sang dara kita
Yang renggut oleh hasrat duniawi.

Hidup-Mati
Perutnya masih melendung besar, berisikan sanak yang diidam-idamkan
Peluh getih itu kembali bercucuran
Mengalir deras ke lubung pasak, tak terhingga tampaknya
Dentuman tangis diselingi riuh pasrah menjuluri tubuhnya
Bidan itu kembali berteriak dengan lembutnya, “Sekali lagi ibunda”
Menggetarkan seisi ruang yang kisruh

Teriakan perih itu semakin menjadi
Terdengar nyaring hingga bilik pintu tunggu
Ia terus menarik nafas dengan panjang bagaikan nyawa di ujung tanduk
Hidup-mati ntah apa nasibku nanti wahai pirsawan
Semua insan berharap cemas untuk sebuah kelahiran buah hati

Titik juangmu wahai hawa masih menggelegar
Mengandung 9 bulan bakal anak ini, hingga terkoyak badan tak karuan
Melahirkan dengan segenap hayat
Penuh kasih tiada tanding, siapa berani mengelak.

Revolusi Wanita
Kala seorang dosen bertanya kepada mahasiswanya:
“Apa yang paling indah di dunia ini?”
Sontak keriuhan memecah keheningan kelas, menyambar pertanyaan mudah itu dengan jawaban yang sederhana
Namun siapa sangka, tak ada satu pun yang menjawab dengan benar
Dosen pun berbisik dengan lembut dan berkata “Tatkala wanita tersenyum dan memperlihatkan lekuk bibirnya yang manis”

Ah! ini gurauan penghibur yang memuji keagungan wanita
Permata dunia yang memalingkan segala kehendak
Kini kah masanya? Apakah aku luput dari segala hiruk-pikuk duniawi
Berteriak untuk sebuah kesetaraan gender

Diskriminasi itu masih terlihat Bung!
Menitikberatkan kemampuan fisik yang tidak mumpuni
Mengekang sepihak dengan alasan ketidakmampuan hayat
Acuh akan peran pioneer yang begitu inti

Hai para wanita!
Ini sudah masa revolusi, tegapkan langkahmu tanpa penghalang gerigi
Raihlah cita-citamu yang dulunya hanya angan-angan semata
Tempati pekerjaan yang layak tanpa ada pemilahan
Jadilah seorang wanita independen untuk bangsa merdeka.


Author : Iluh Putri

Previous Si Pandir Penghuni Gunung
Next Ini dia, 5 Rekomendasi Film dari Catatan Kaki Untuk Kamu

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *