Asmaraloka di Tepi Pelabuhan


Kala Juli menampakkan rembulannya, ia berjanji pada sang insan akan arti kesetiaan

Asmaraloka sang gadis ulung, di tepi pelabuhan

Mengais kembali cerih kata yang berserakan

Merangkainya menjadi sebuah kisah elok

Ia terus berkelana sepanjang pesisir pantai

Rintih seguk tak terhirau lagaknya

Laksana mentari merindukan bulan

Mengetuk kembali pintu kalbu yang terkunci rapat

Bertanya pada sang diri akan arti kepatuhan jiwa

Diriku begitu sepi meringis!

Hanya desiran angin yang menggerai rambutku

Rasa sukma cinta ini bergejolak sendirian

Sembari tetap menunggu pinangnya kembali

Berapa dasawarsa ku harus menanti wahai kasihku?

Pujangga hati yang tak kunjung menampakkan diri

Hanya sepucuk surat yang dapat kuramu

Menitih pelik pada cumbu keropong

Desir ombak kembali menyapu tiap goresan namamu

Kala manifestasi kerinduan ini merekah

Suara kapal kembali meredam teriakanku

Acap kali menyebut lantang namamu

Senja di pelabuhan menjadi pirsawan kunjunganku

Setiap getir hayat nafasku

Sudah lama ku berdiam bersama larik-larik syahdu puitis

Saatnya ku rehatkan diri, tuk menanti asa percintaan yang penuh angan.


Author: Iluh Putri

Previous Ketergantungan dan Puisi-Puisi Lainnya
Next Aliansi Bara-Baraya Bersatu dorong diungkapnya nama pemohon eksekusi yang asli

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *