Mahasiswa Kehutanan Gelar Aksi Boikot PKMR: WD 1 Tak  Penuhi Transparansi


Selepas kegiatan dialog terbuka kemarin, puluhan mahasiswa kehutanan kembali melakukan aksi unjuk rasa di depan pelataran Gedung Dekanat Fakultas Kehutanan, Kamis (18/04/2023).

Sebelumnya, aksi tersebut bermula di pelataran Gedung Aula (GA) lalu massa aksi bergerak menuju dekanat. Massa memasang spanduk petisi bertuliskan “Boikot PKMR” di tangga lobi dekanat dan pembakaran ban di pelataran. Beberapa massa mulai berorasi menuntut pihak Wakil Dekanat bidang kemahasiswaan (WD 1) beserta ketua panitia Perkembahan Kerja dan Malam Rimbawan (PKMR) untuk segera keluar dari ruangan.

Tegar, salah satu massa aksi membeberkan ada dua poin utama yang menjadi tuntutan para massa aksi hari ini, yakni penggratisan biaya PKMR dan penghapusan PKMR dari kegiatan akademik. Selain itu, yang memicu terjadinya aksi karena pihak WD 1 tidak menepati janjinya saat dialog terbuka kemarin bahwa transparansi dana yang sebenarnya akan diberikan hari itu juga.

“Janji akan adanya transparansi dana kemarin hingga hari ini belum ada. Nah itu menjadi pemicu aksinya teman-teman karena kegagalan pemenuhan tuntutan dialognya teman-teman kemarin. Jadi ya, jalan-jalan seperti itu yang na pilih teman-teman untuk mengeluarkan aspirasinya kembali,” ujar Tegar.

Massa mulai bergantian berorasi, lalu sesekali menyanyikan mars rimbawan, dan berusaha juga untuk merangsek masuk ke dalam gedung, tetapi dihalangi oleh jajaran satpam yang menjaga. Cukup lama menunggu hingga akhirnya WD 1 keluar dan bertemu dengan massa aksi.

Sesuai perkataan Syamsu Rijal selaku WD 1 saat diskusi kemarin, bahwa mereka siap dan kegiatan PKMR akan tetap dilaksanakan. “Jadi yang mau ikut silakan yang tidak ikut juga silakan,”

Merespon pernyataan WD 1, salah satu massa aksi mempertanyakan bagaimana pertanggungjawaban fakultas terhadap mahasiswa yang tidak mengikuti PKMR. “Apakah ada pengembalian dana tersebut?”

“Saya tidak berani menggaransi bahwa yang tidak ikut akan dikembalikan dananya,” jawab Syamsu Rijal yang menuai banyak sorakan dari mahasiswa.

Lanjut ia menjelaskan bahwa dalam membuat kegiatan sudah banyak dana yang telah dikeluarkan untuk mempersiapkannya.

Massa lain juga kembali menanggapi dengan mempertanyakan sisa dana yang dimiliki hingga dapat diperhitungkan dan dikembalikan pada teman-teman yang batal mengikuti kegiatan PKMR. Lebih jelasnya massa meminta kehadiran bendahara panitia saat itu juga dan adanya transparansi anggaran.

Permintaan transparansi anggaran diiyakan oleh WD 1. Namun ketika massa aksi mempertanyakan kapan, lalu beliau menjawab segera. Lagi-lagi pernyataan WD 1 kembali menuai sorakan dari mahasiswa sebab sebelumnya WD 1 tidak menepati janji akan adanya transparansi.

Perdebatan berlangsung cukup lama yang pada akhirnya usai di sore hari dan aksi juga berakhir bersamaan dengan itu.

Melihat itu, Tegar mengaku kecewa atas hasil pembicaraan tadi sebab tidak sesuai dengan tuntutan awal yang pertama. Ia membeberkan janji yang diberikan pihak dekanat kepada mereka, yakni biaya untuk pemateri senilai Rp 90.000, akan dikembalikan kepada para mahasiswa. Uang pemateri tersebut merupakan salah satu bagian dari biaya operasional yang seharusnya ditanggung oleh biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT). Berbeda dengan biaya akomodasi dan baju yang sifatnya konsumsi pribadi.

“Jadi yang mau dikawal sama teman-teman itu pengembalian biaya yang lain, selain biaya pemateri kayak peralatan dan bahan, fasilitas pendamping dan itu yang bisa dikawal sama teman-teman nanti,” tandas Tegar.

Selain pengawalan pengembalian dana yang belum pasti, ia mengatakan bahwa mereka akan tetap melakukan advokasi lebih lanjut mengenai PKMR dan masih akan menuntut penghapusan atau penggratisan kegiatan PKMR.


Reporter: Anisa Pakulla’

Previous 1  SKS Wajib Diperjualbelikan : PKMR Fakultas Kehutanan
Next RELASI KUASA MENYESATKAN MAHASISWA

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *