catatankaki.org — Kemanusiaan semakin tersandera di Indonesia. Hak Azasi masih dipasung dan menjadi bahan obralan di kala penguasa sedang riuh mengeruk kekuasaan. Kampanye politik menyatakan: Tuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Tapi, saat kekuasaan dimenangkan di arena Pemilu, janiji-janji itu raib.
Masyarakat justru dicengangkan, keluarga korban dikejutkan, dengan kembalinya pelaku-pelaku kejahatan ini di kancah politik, mereka menempati posisi-posisi digdaya untuk menutupi kebusukan masa lalunya, mereka berkuasa untuk melumpuhkan lembaga-lembaga hukum. Berbagai cara dilakukan, berkolusi, berkonspirasi, dan meneror diam-diam. Segala daya mereka lakukan memaksa kita untuk lupa. tapi perjuangan adalah api yang menjalar-jalar tanpa mengenal takut, Ia melintasi waktu dan generasi, Ia menolak untuk tunduk dan memilih binasa daripada diam.
Keberanian untuk melantangkan keadilan diikatkan melalui tali solidaritas. Tali ini tidak akan putus, dan suara kami lantang sampai tujuan tercapai. Kami menuntut, adili mereka yang telah mengkhianati suara rakyatnya, yang telah mencabut nyawa rakyatnya.
Dengan senjata api, water cannon, pentungan, gas air mata, borgol, tameng, helm pelindung kepala, sepatu laras, lambang, emblem, segepok gaji dan tunjangan bulanan, serta seragam koloni, yang didapat dari memeras keringat rakyatnya sendiri. Kami menggugat, tegakkan Undang-Undang Dasar 45 bahwa, kemanusiaan yang bebas dari rasa takut dan penjajahan, adalah fondasi bangsa Indonesia. Selenggarakan hukum dan berikan keadilan bagi arwah-arwah korban yang resah, yang suaranya menghantui nyaring berharap: sejarah akan membebaskan!
Saat Tragedi Semanggi I dan II, para pelajar dan orang-orang bergerilya di kota, berhadapan dengan moncong-moncong senjata, perjuangan bersama rakyat di malam-malam penuh teror itu, menjadi pengingat, bahwa mereka yang jujur berjuang demi kebebasan, demi kemanusiaan, merela adalah para pahlawan. pahlawan yang darahnya telah dikorbankan untuk Indonesia, Ingatlah ini, sekali lagi ingatlah ini.
Kami sangat menyesalkan dan kecewa terhadap kepolisian, karena kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, polisi belum juga mengungkap dan menangkap para pelaku. Kami mengingatkan, menagih, menuntut dan mendesak pemerintah pusat dan Polri untuk serius mengungkap dan menangkap pelaku hingga otak yang memerintahkan penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Kami menolak lupa atas kejahatan terencana yang menimpa Novel Baswedan. Kami menagih janji pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di berbagai daerah di Indonesia yang selama ini mandek. Stop kekerasan dan Kriminalisasi para pejuang Anti-Korupsi dan Pejuang HAM di manapun berada.
Keran kebebasan di bangun dari darah-darah martir, yang pembunuhnya masih melenggang dengan sombong. Tapi rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. dan derap langkah kita akan menjadi petaka bagi penguasa, paying-payung hitam ini, akan menjadi mimpi-mimpi buruk bagi Jenderal-jenderal korup. Rapatkan barisan, bulatkan tekad, keadilan harus direbut.
Biarkan suara kita menggema, menyeberangi laut Jawa, menyerbu masuk hingga ke Istana Negara agar Presiden tahu, rakyatnya sedang merintih.
Semoga di Kamis-Kamis berikutnya, spanduk ini masih membentang!
Penulis : Oshinsky
No Comment