MENCINTAI LAUT, MASYARAKAT PULAU LAE-LAE: TAK PERLU NEGOSIASI KAMI DENGAN TEGAS MENOLAK REKLAMASI


Catatankaki.org-Di atas wilayah rencana reklamasi Pulau Lae-Lae, Masyarakat Pulau Lae-Lae menggelar kegiatan mancing bersama dan konferensi pers sebagai bentuk penolakan atas proyek reklamasi yang dicanangkan Pemprov Sulsel pada Jumat (23/6).

Mulanya, Masyarakat Pulau Lae-Lae melakukan aktivitas mancing bersama pada pagi hari. Sebelum berangkat, para nelayan Pulau Lae-Lae menunggu solidaritas dari nelayan-nelayan Pulau Barang Ca’di, Barang  Lompo, dan Kodingareng di dermaga Pulau Lae-Lae. Setelah itu, ratusan nelayan dari keempat Pulau ini dengan berbarengan memecah ombak menuju wilayah tangkap nelayan Pulau Lae-Lae yang berada tepat di atas wilayah rencana reklamasi.

Senyum demi senyum dilontarkan para nelayan tatkala berhasil mendapatkan ikan berbagai jenis dan ukuran. Hasil tangkap ini membuktikan kekayaan biota laut yang dimiliki wilayah tangkap nelayan Pulau Lae-Lae.  

Daeng Bau’, selaku perwakilan Nelayan Pulau Lae-Lae, menyayangkan rencana Pemprov Sulsel yang ingin mereklamasi wilayah tangkap nelayan Pulau Lae-Lae. Ia yang mengaku menyayangi laut mengatakan reklamasi akan menghancurkan terumbu karang dan membawa dampak buruk bagi masyarakat.

“Apabila wilayah tangkap kami akan direklamasi, akan dihancurkan karang-karang yang ada di laut. Kami nelayan mencintai laut. Kami nelayan menyayangi apa yang ada di dalam laut. Karena kehidupan kami sebagai nelayan sangat berarti di laut,” ucapnya pada konferensi pers yang berlangsung di bibir pantai Pulau Lae-Lae.

Selain itu, ia juga mengatakan tak ada reklamasi yang menyejahterakan masyarakat sekitar reklamasi mengambil tempat. Berkaca dari imbas yang dirasakan masyarakat Pulau Lae-Lae selepas reklamasi Center Point of Indonesia (CPI) Makassar, ia menyebutkan tiga dampak  yang dirasakan langsung oleh Masyarakat Pulau Lae-Lae.

Pertama, ambaring (sejenis udang-udang kecil) yang menjadi salah satu sumber pendapatan para nelayan berkurang drastis sejak reklamasi CPI Makassar karena air laut yang mengeruh. Kedua, debu-debu beterbangan ke Pulau Lae-Lae pada saat pengerjaan reklamasi berlangsung, lingkungan pun tercemar, alhasil banyak warga yang terkena penyakit muntaber saat itu. Ketiga, tanggul yang dibuat untuk melindungi CPI Makassar dari hempasan ombak, malah merusak tanggul yang ada di Pulau Lae-Lae.

“Justru abrasinya kembali ke Pulau Lae-Lae dengan menghancurkan tanggul-tanggul kami di sebelah barat Pulau Lae-Lae,” ujar Daeng Bau’.

Mira, selaku pendamping hukum masyarakat Pulau Lae-Lae mengatakan jika pemerintah masih berdalih bahwa pembangunan dilakukan demi kepentingan rakyat, maka sudah sepatutnya rakyat curiga, kepentingan mana yang dimaksud oleh pemerintah.

Setelah pembangunan CPI Makassar, Mira menerangkan bahwa tak ada nelayan yang dapat mengakses hasil reklamasi tersebut. Selanjutnya ia mengatakan, “Lantas kenapa kita harus percaya bahwa reklamasi Lae-Lae (dapat) membawa dampak positif bagi warga pesisir.”

Terakhir, Daeng Bau menambahkan bahwa ia tak ingin pemerintah masuk lalu bernegosiasi dengan masyarakat Pulau Lae-Lae. Kemudian di akhir konferensi pers ia kembali mempertegas penolakan Masyarakat Pulau Lae-Lae terhadap reklamasi dengan berseru, “warga menolak keras reklamasi yang bapak (Gubernur Sulsel) rencanakan di Pulau Lae-Lae!”


Reporter: Fajar Nur Tahir

Previous Should I Kill Myself, Or Drink A Cup Of Coffee?
Next UNHAS TAK INKLUSIF DENGAN ORANG MISKIN, IMPIAN KULIAH MATI USAI DIJAGAL GARANGNYA UKT

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *