Editorial : Segala Teror Kami Balas Pukulan Lainnya

Pejabat Seksis dan Kekerasan dalam Kebijakan Publik

Aldi Di Antara Bayang-Bayang Intimidasi dan Ancaman

Sidang Perdana Gugatan Perlawanan Eksekusi Warga Bara-Baraya, Pemohon Eksekusi Tidak Memiliki Kedudukan Hukum Yang Sah

JADWAL PENGGUSURAN DITUTUP-TUTUPI, LBH: BARA-BARAYA ITU NON-EXECUTABLE!

BUNGA DI PUNCAK GUNUNG ES DAN PEMBUNGKAMAN YANG TENGGELAM

Bara-Baraya Siaga 1, ABB Laporkan Bukti Pemalsuan Keterangan yang Dilakukan oleh Nurdin Dg. Nombong

Aliansi Bara-Baraya Bersatu Long March Respons Ancaman Penggusuran

Bunga: Institusi Penuh Trauma itu Bernama Universitas Hasanuddin

TAKE A SAD SONG AND MAKE IT BETTER (surat terbuka untuk kita semua)

Tidak Ada Dialektika di Kampus Unhas-sebuah catatan penangkapan jurnalis pers mahasiswa

KESAKSIAN PENANGKAPAN DAN PEMBEBASAN MAHASISWA UNHAS

Mahasiswa Respons Kekerasan Seksual di FIB, Dekan: Hukum Yang Saya Pihak, Bukan Kepada Siapa-Siapa

Softball Unhas Berprestasi Dihantui Pinjaman Dana Kemahasiswaan

Refleksi Hari Tani Nasional 2024: Suara dari Bawah untuk Keadilan Agraria

Flexible Layout

Mixed Layout

All Block Layouts Can Be Combined

Sepanjang sejarah peradaban manusia, perempuan selalu menjadi korban ketimpangan kekuasaan atas tanah dan sumber agraria, akibat relasi kuasa yang diciptakan oleh sistem patriarki. Setahun terakhir Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami ledakan konflik agraria, angkanya tak main-main. Konsersium Pembaruan Agraria (KPA) Sulsel mencatat luasan lahan yang menjadi sengketa mencapai 75.785 hektar pada tahun 2023. Angka ini setara …

MENU

Back