Keinginan untuk pergi melakukan pendakian di gunung luar Sulawesi sudah muncul cukup lama. Bersama seorang kawanku dari Makassar kami mewujudkan hal itu. Tak berdua saja, kami juga ditemani oleh keempat kawanku dari Pulau Jawa dan sepakat untuk melakukan pendakian di Gunung Arjuno-Welirang. Gunung tersebut terletak di Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Malang, Mojokerto dan Pasuruan. Sebenarnya Gunung Arjuno-Welirang adalah dua gunung yang berbeda, namun puncak kedua gunung tersebut berada dalam satu punggungan yang sama hingga lebih dikenal sebagai kompleks Arjuno-Welirang.

Berada dalam kompleks yang sama sehingga kami memutuskan untuk mendaki keduanya. Pada awalnya, kami memilih jalur via Tretes dengan tujuan pertama, yaitu Puncak Arjuno. Jalur ini melewati tiga pos, yaitu pos satu, lalu menuju pos dua atau disebut Kop-kopan dan pos tiga atau biasa dikenal dengan sebutan Pondokan. Pondokan menjadi pos terakhir sebelum menuju Puncak Arjuno-Welirang sehingga di sini terdapat dua persimpangan. Bila memilih ke Puncak Arjuno, maka harus melewati persimpangan kiri, sedangkan ketika ingin menuju Puncak Welirang harus melewati persimpangan kanan.

Pada 11 Agustus 2023, saya dan kawan-kawanku telah berhasil menyelesaikan pendakian di Puncak Arjuno. Selepas itu, kami pulang dengan melewati jalur yang sama sebelumnya dan kembali menuju pos tiga. Sesampainya di Pondokan, kami langsung mendirikan tenda untuk beristirahat dan mengumpulkan amunisi tenaga lagi

Hari cepat berganti, tepat pukul 05.37, kami bangun dari mimpi yang tak karuan untuk menikmati indahnya cakrawala di Pondokan. Suasana pagi yang begitu damai tanpa hiruk pikuk perkotaan. Hanya terdengar sepoian angin, siulan burung dan aliran air yang mengalir tak jauh dari area tenda. Pondokan juga menjadi tempat favorit para pendaki untuk mendirikan tenda sebab memiliki area yang landai dan cukup luas.

Gunung Welirang dengan ketinggian 3.156 mdpl itu merupakan salah satu gunung berapi aktif di Jawa. Di bagian bawah Puncak Welirang terdapat kawah yang masih aktif dan mengeluarkan asap belerang. Belerang tersebut terbentuk akibat aktivitas vulkanis gunung berapi sehingga di puncak terdapat pertambangan belerang seperti di Gunung Ijen. Oleh karena itu, di Gunung Welirang masih banyak ditemukan para penambang belerang. Di Pondokan pun terdapat rumah-rumah kecil yang digunakan para penambang belerang untuk menginap sekaligus menyimpan hasil belerangnya sebelum di bawah turun.

Menikmati pemandangan yang begitu indah sembari sesekali meneguk nutrisari jeruk nipis dan menyantap gorengan yang kami beli di salah satu warung di Pondokan. Sementara itu juga, kami berbincang lebih lanjut untuk meneruskan perjalanan ke puncak. Perbincangan yang cukup panjang, akhirnya salah satu dari kami memutuskan untuk tinggal di tenda, sedangkan kami melanjutkan perjalanan ke atas.

Setelah menyiapkan amunisi yang akan dibawa menuju ke Puncak Welirang, pukul 06.30 kami berangkat berlima. Dari Pondokan, perjalanan dimulai dengan melewati tracking yang curam dan berbatu. Di sepanjang perjalanan terdapat pepohonan yang rimbun dan rebah, lalu kami juga menemui beberapa sisa kebakaran di pinggiran jalur. Kami juga melewati sekumpulan bunga edelweiss di lapangan luas.

Tak terasa puncak semakin dekat tatkala melihat pepohonan yang ada di jalur perlahan berkurang dan aroma-aroma belerang mulai menyengat. Dari jauh sudah terlihat asap-asap belerang membumbung tinggi dan sebelum melewati batas vegetasi, langsung saja kami berinisiatif menggunakan masker karena aroma belerang yang menusuk indra penciuman. Dalam beberapa kesempatan kami singgah untuk melihat keindahan asap belerang dari kejauhan.

 Puncak semakin dekat. Pada pukul 08.19 kami memasuki kawasan batas vegetasi yang ditandai dengan pinggiran jalur bebatuan dan asap belerang yang sempat menutup pandangan mata. Kami segera bergegas menuju Puncak Welirang dikarenakan asap belerang membahayakan penciuman. Menurut salah seorang dari kami yang pernah naik sebelumnya ke Puncak Welirang bahwa di atas jam 10 pagi asap belerang mulai menutupi jalur pendakian. Jadi, sebaiknya melakukan pendakian ke Puncak menjelang pagi saja.

 Hingga saat yang ditunggu-tunggu, kami akhirnya tiba di Puncak Welirang pada pukul 08.49. Dengan menempuh perjalanan dari pos tiga sampai puncak sekitar tiga jam-an lebih melewati trek yang curam. Namun, semua rasa penat itu terbayar langsung dengan pemandangan di puncak. Seketika kami takjub melihat pemandangan dari atas yang begitu indah. Kami memilih duduk untuk beristirahat dan bercengkrama satu sama lain sambil menikmati hamparan panorama yang memukau mata.

 Waktu itu cuaca sedang bagus, gerombolan awan dapat kami lihat dan langit biru yang bersih. Puncak Gunung Welirang tidak begitu luas, namun dari sana kita akan melihat beberapa gunung lainnya seperti Gunung Semeru, Penanggungan, Pegunungan Bromo, Anjasmoro, Butak, Panderman, serta Puncak Gunung Arjuno yang terlihat dekat. Panasnya sinar matahari pagi dan kepulan asap belerang yang menyebar, membuat kami tidak boleh berlama-lama sehingga sesaat kami memutuskan untuk segera turun.


Author: Rahsala

Previous RELASI KUASA MENYESATKAN MAHASISWA
Next May Day 2024: Buruh Menuntut Keadilan

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *