Dengan jubah merah yang mengibas ditabrak angin, Superman mendarat mulus di tengah-tengah reruntuhan bangunan yang ambruk karena adidurjana—musuh Superman—yang mengamuk. Puing-puing bangunan diangkatnya dengan mudah seperti memindahkan kardus bekas yang menumpuk satu sama lain. Di antara tumpukan itulah ia menemukan seorang bocah terkulai lemas dengan luka lecet di sudut-sudut tubuhnya, dan lubang kecil yang menganga nan meluberkan darah di kepalanya. Diangkatnya bocah itu, lalu ia bawa terbang menuju rumah sakit terdekat. Media nasional yang merekam aksi heroik Superman secara langsung melalui siaran televisi mendapat perhatian masyarakat. Ia kemudian didapuk sebagai tokoh pahlawan.[1]

Melompat jauh keluar dari lorong-lorong imajinatif, ada Nelson Mandela. Ia riil, nyata keberadaanya. Ia dengan gigih memperjuangkan kesetaraan orang-orang kulit hitam di Afrika Selatan dari kebijakan-kebijakan rasis apartheid penguasa kulit putih. Pengorbanannya diakui oleh sebangsa sepenanggungannya. Ia dijebloskan ke penjara oleh penguasa selama puluhan tahun sebelum pada akhirnya bebas dan menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan, lalu menghapuskan apartheid dari tanah kelahirannya. Ia kemudian dicap sebagai tokoh nasional Afrika Selatan oleh bangsanya.

Berbicara soal tokoh bangsa, baru-baru ini Universitas Hasanuddin (Unhas) mengeluarkan undangan menghadiri Dialog Tokoh Bangsa. Gokil. Kampus kenamaan Indonesia timur ini ternyata mampu menghadirkan tokoh bangsa. Tidak main-main, kampus ini menghadirkan dua tokoh bangsa sekaligus! Mereka ialah Amran Sulaiman, Menteri Pertanian, dan Hashim Djojohadikusumo, Ketua Yayasan ARSARI Djojohadikusumo—adik Prabowo Subianto.

Bagaimana mereka dapat disebut sebagai tokoh bangsa oleh Rektor Unhas Jamaluddin Jompa (JJ)? Apa kontribusi mereka yang sepadan dengan aksi heroik Superman dan kegigihan Nelson Mandela sehingga digolongkan sebagai tokoh bangsa oleh JJ? Guna menjawab pertanyaan itu, makna dari “tokoh bangsa” perlu ditelisik terlebih dahulu.

Berdasarkan kelas katanya, tokoh bangsa merupakan frasa nomina—gabungan dari dua kata benda—yakni tokoh dan bangsa. Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “tokoh” dapat diartikan sebagai orang yang terkemuka dan kenamaan,[2] sedangkan bangsa dapat pula diartikan sebagai kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.[3] Alhasil, tokoh bangsa dapat disimpulkan sebagai orang terkemuka pada suatu kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang yang saling mengikat. Dalam hal ini, JJ—yang berdiri dan melangsungkan praktik neolib di Indonesia—kemungkinan besar mengundang Amran dan Hashim sebagai tokoh bangsa Indonesia.

Sebelum itu, apakah mereka benar-benar masuk ke kriteria “tokoh”? Mari kita uji.

Dilihat dari rekam jejak kedua sosok ini, tak diragukan lagi Amran dan Hashim boleh dikata sebagai orang terkemuka di Indonesia. Tokoh pertama, Amran Sulaiman, Ia—yang merupakan lulusan ilmu pertanian Unhas—telah dua kali menjabat sebagai Mentan.[4] Setelah sempat dicopot dari jabatannya pada periode pertama rezim Jokowi, ia kembali dilantik jadi Mentan mengisi posisi kosong yang ditinggalkan kawan sealmamaternya, Syahrul Yasin Limpo setelah menjadi tersangka kasus korupsi di Kementan.[5] Amran sendiri dinilai gagal melakukan swasembada pangan selama ia menjabat sepanjang tahun 2014-2019, bahkan gelombang impor beras tetap tak terbendung.[6] Selain itu, semasa ia menjabat, ia pernah pula ditengarai membantu memuluskan perizinan konsesi perkebunan tebu PT Jhonlin milik Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam di Bombana, Sulawesi Tenggara.[7] Kebun tebu itu diduga menabrak aturan serta mengusir penduduk desa sekitar.[8]

Selain sebagai pengisi kabinet Jokowi, Amran juga dikenal sebagai konglomerat. Tiran Group—singkatan dari Tikus Diracun Amran, bukan penguasa yang zalim (baca: KBBI VI)—adalah perusahaan induk milik Amran yang membawahi sejumlah perusahaan lain yang bergerak di berbagai sektor, yakni perkebunan, peternakan, ekspedisi hingga pertambangan emas, timah, dan nikel.[9] Pada sektor pertambangan, Amran pernah diperiksa KPK terkait kepemilikan tambang nikelnya di Konawe Utara setelah Aswad Sulaiman, mantan Bupati Konawe Utara, terjerat kasus suap izin usaha pertambangan.[10] Belakangan namanya dan Haji Isam juga disebut oleh KPK dalam kasus suap Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej.[11] Dengan sepak terjangnya ini, tentu saja namanya sempat mampir di telinga banyak orang sehingga sudah sah untuk disebut sebagai seorang “tokoh”.

Selanjutnya, tokoh kedua, Hashim Djojohadikusumo, Ketua Yayasan ARSARI Djojohadikusumo—adik Prabowo Subianto. Prabowo pernah bilang ia hanyalah wayang buat Hashim yang merupakan sang dalang, otak di balik Partai Gerindra bikinan mereka.[12] Dengan begini ketokohan Hashim tak terbantahkan lagi. Akan tetapi, tak hanya sampai di situ saja, Hashim juga dikatakan ikut menerima kucuran dana BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang bertujuan untuk menyelamatkan 48 bank yang terdampak krisis moneter 1998. Kerugian negara pada skandal BLBI ini ditaksir mencapai Rp140 triliun.[13]

Keterlibatan Hashim di dalam pusaran angka itu, tak kalah hebat dengan keterlibatannya di dalam pusaran mafia purbakala. Ia kedapatan menyimpan fosil gading purba dan 21 arca tak berdokumen di rumahnya oleh Lambang Babar Purnomo—arkeolog Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah—yang meninggal sebulan setelah membawa pulang arca yang hilang dari rumah Hashim. Majalah Tempo menduga kuat Lambang dibunuh dengan cara dipuntir lehernya.[14] Andai saja Almarhum Lambang masih hidup, maka ialah yang lebih pantas diundang sebagai tokoh bangsa berkat keberaniannya.  Hingga kini, Yayasan ARSARI Djojohadikusumo masih aktif bergerak di bidang pelestarian budaya melalui program Mandala Majapahit (Manma) sebagai penanggung jawab serta donatur. Sekarang Manma telah hadir di lima titik, salah satunya di Fakultas Ilmu Budaya, Unhas, menyimpan berbagai koleksi artefak Majapahit.

Selain sempat diciduk oleh Lambang, Hashim juga diketahui termasuk ke dalam jejaring pengusaha tambang di Indonesia. Melalui Arsari Group—perusahaan induk yang membawahi sejumlah perusahaan tambang—ia bersama kerabat-kerabatnya membangun kerajaan bisnis keluarga,[15] bahkan, di proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), Hashim juga kebagian peran sebagai penyedia air bersih di proyek itu melalui perusahaan yang berada di bawah naungan Arsari Group, yakni PT Arsari Tirta Pradana yang jabatan Direktur Utamanya diduduki oleh Thomas, keponakan Hashim.[16]

Dengan rekam jejak sementereng ini, tentu saja Hashim, seperti pula Amran, dapat digolongkan sebagai seorang “tokoh”. Namun, penggolongan itu dapat diberikan kepada mereka berdua hanya karena definisi tokoh yang dipakai berdasarkan KBBI VI tadi. Ini membuat penggolongan itu masih terasa kurang lengkap dan terlalu banal. Jika begitu, siapapun bisa saja digolongkan sebagai seorang tokoh. Kalau modalnya hanya ternama atau terkenal, maka Upin & Ipin pun bisa disebut sebagai tokoh.

Maka dari itu gelaran “tokoh” ini perlu diberi sedikit bobot, dengan cara meminjam kosakata bahasa lain. Misalnya saja, bila dialihbahasakan ke bahasa Inggris “tokoh” dapat diubah menjadi figure (sosok), hero (pahlawan), ataupun kingpin (bos besar). Nah, dengan ini kita dapat menggolongkan mereka lebih mudah. Dilihat dari tindak tanduknya, tentu saja mereka tergolong sebagai kingpin in their own lair (bos besar di sarang mereka sendiri).

Jika mereka hanyalah kingpin in their own lair, maka bangsa manakah yang dimaksud oleh JJ? Bangsa kingpin? Bangsa ular? Atau Bangsa tikus? Apa pun bangsa yang dimaksud oleh JJ jelas bukanlah bangsa Indonesia. Yang rakyatnya dihisap sampai kering untuk melipatgandakan duit para pemodal. Dan yang rakyatnya mesti angkat kaki dari tanah kelahiran sendiri supaya para pemodal bisa ongkang-ongkang kaki menunggu lahan konsesi mereka berakumulasi. Apa pun bangsa yang dimaksud oleh JJ jelas pula bukanlah bangsa bumi. Yang makhluk hidupnya dirugikan oleh perusahaan-perusahaan ekstraktif bermuka tebal dan berkentut polusi. Dan yang tiap usaha penghijauannya kerap disusupi kepentingan perusahaan-perusahan oportinus berlabel ijo. Mereka bukan tokoh bangsa, mereka tak lebih dari sekadar kingpin in their own lair. Gumpalan ketamakan yang hobi mencekik rakyat punya leher.

Akhir kata saya akan mengutip kalimat terlucu yang pernah saya dengar seharian terakhir: “Indonesia’s income inequality is much too high, and continues to rise (ketimpangan pendapatan di Indonesia itu terlalu tinggi dan akan terus meningkat),” tulis Hashim Djojohadikusumo, kingpin dengan kekayaan sebesar Rp10,4 Triliun di harian The Hill.[17]


[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Superman

[2] https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tokoh

[3] https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bangsa

[4] https://www.bbc.com/indonesia/articles/cd1m4ndm63do

[5] https://www.cnbcindonesia.com/news/20231014124007-4-480541/jadi-tersangka-korupsi-segini-harta-syl-saat-jadi-menteri

[6] https://money.kompas.com/read/2023/10/25/113419526/amran-sulaiman-dan-kegagalan-swasembada-beras-di-periode-pertama?page=all

[7] https://majalah.tempo.co/read/investigasi/158347/gula-gula-dua-saudara

[8] https://nasional.tempo.co/read/1246012/kebun-tebu-haji-isam-di-bombana-diduga-tabrak-aturan-tata-ruang

[9] https://tirangroup.com/id/unit/pt-tiran-indonesia

[10] https://nasional.kompas.com/read/2021/11/18/21372261/periksa-eks-mentan-amran-sulaiman-kpk-dalami-kepemilikan-tambang-nikel

[11] https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240201173842-12-1057319/kpk-dalami-pertemuan-idrus-marham-eddy-hiariej-dan-tersangka-helmut

[12] https://news.detik.com/pemilu/d-1107750/prabowo-saya-hanya-wayang

[13] https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39724323

[14] https://majalah.tempo.co/read/investigasi/128323/lambang-dalam-pusaran-mafia-purbakala

[15] https://projectmultatuli.org/jejaring-pengusaha-tambang-hingga-media-di-lingkaran-tkn-prabowo-gibran/

[16] https://ia802801.us.archive.org/12/items/laporanibukotabaruuntuksiapabahasa/IKN%20Indonesia.pdf

[17] https://thehill.com/policy/international/191746-hashim-djojohadikusumo-indonesia-needs-us-help-for-free/


PENULIS ADALAH PEMERHATI KOLONI SEMUT YANG SEBENTAR LAGI HANCUR

Previous Waktu Batu. Rumah yang Terbakar: Ritus Duka dan Murka Sang Ibu dalam Bingkai Video Game
Next Unhas sebagai ruang intelektual belum mampu menciptakan ruang yang aman

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *