“Perasaan dan tubuh, adalah sesuatu yang paling jujur di dunia ini. Ketika mencinta, perasaan tidak bisa menyembunyikannya. Kala sedih, perasaan akan mengirim sinyal ke tubuh. Lalu, meneteslah air mata.”
Tales of AFA, November 2023.
Bukan dari permulaan, ketika di suatu kota di Afrika Selatan sebuah titik berdenyut. Dalam spasial yang berbeda, di Jerman Barat terdapat juga satu dot berdetak.
Kedua noktah tersebut makin berdentum ketika sedang menghitung mundur tentang pada hari apakah sebaiknya cinta bisa ditertibkan, lalu memilih waktu yang tepat untuk menurunkan kerai.
Tertutup oleh bidai, si lelaki tidak akan melirik perempuan yang selanjutnya, baik dalam deret hitung, apalagi deret ukur.
Si perempuan juga akan memasang tabir sehingga hatinya tidak akan berdetak selain pada ia mencintainya pada hari-hari yang jumlahnya digenapkan.
Bila pada nama, keduanya sudah selesai untuk menyebutkan bahwa di suatu petang si perempuan akan menjadi istri bernama ….
Lelaki itu juga telah menyempatkan waktunya di sepenuh enam hari dalam sepekan untuk menjadi suami yang tersebut sebagai ….
Di ambang sore ia menetapkan keputusannya agar … dan … disebut secara sah sebagai suami istri.
Keputusan tersebut yang harus ia ambil, sebelum matahari terlalu jauh membenamkan diri di ufuk barat.
“Keputusan tersebut yang harus ia ambil, sebelum matahari terlalu jauh membenamkan diri di ufuk barat.”
Paduan masing-masing tiga titik tersebut adalah nama mereka berdua.
Lalu di hari ketujuh, ia perlu menjadi seseorang yang lain. Agar bisa memikirkan mengapa pada Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu sanggup menjadi suami.
“Kau tidak menjadi seseorang yang sama sebagaimana hari-hari yang berurutan itu? Siapakah dirimu pada setiap hari ketujuh tiba? Kau tidak seperti sesosok Tuhan bukan? Akankah engkau beristirahat setelah kau menciptakan cinta di Senin, kasih di Selasa, sayang di Rabu, rindu di Kamis, amor di seluruh Jumat, dan romansa setiap Sabtu?”
“Tentu tidak! Kita yang membuatnya berdua, mengumpulkan berbagai jenis tanah yang mengandung unsur cinta, kasih, sayang, rindu, amor, dan romansa. Kemudian membentuknya menjadi tembikar. Maujudnya seperti apa? Aku tidak akan tahu bila sepuluh jarimu belum bersamaku mengaduk lempung tersebut.”
“Pada datum ketika engkau mengurai letihmu, apa yang akan kau tuntaskan?”
“Tidak ada penuntasan apapun, aku hanya akan menuliskan titik titik titik.”
“Tiga titik? Mengapa bukan empat sebagai pengakhiran?”
“Karena ada yang pernah berkata bahwa pernikahan adalah fiksi cinta yang belum dimulai dan tidak terakhiri dan itu ditandai dengan tiga titik sebagaimana awal dari kisah kita.”
(To be or not to be continued … )
Penulis: Coretan Dinding Kota
Editor: El Commandante!
No Comment