Catatankaki.org-Belum lama ini, fenomena macetnya jalan keluar masuk Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unhas muncul semenjak adanya palang parkir di kedua ujung jalan. Letak palang parkir itu berada di jalan masuk ke GOR Unhas, kawasan Gedung PKM, dan lapangan sepak bola Unhas. Dengan letaknya yang strategis, mahasiswa dan masyarakat yang sering beraktivitas di area itu pun merasakan dampaknya.
Warga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)—sebutan untuk mahasiswa yang masuk dan berkegiatan di UKM—menjadi salah satu yang terdampak. Reza, salah satu warga UKM mengungkapkan betapa terganggunya mobilisasi keluar masuk PKM semenjak hadirnya palang parkir.
Ia menceritakan sebelum adanya palang parkir, warga UKM dan masyarakat yang biasanya beraktivitas di areal PKM dapat dengan leluasa keluar masuk tanpa sepeserpun dipungut biaya. Namun sekarang semuanya sirna. Sebab mereka yang hendak masuk harus melewati palang parkir, mengambil karcis, lalu saat keluar mesti menunjukkan karcis itu kembali. Untuk masyarakat, palang portal keluar dibukakan sesaat setelah membayar, sementara untuk mahasiswa, harus menunjukkan KTM terlebih dahulu. “Diribetkan ki lah mengenai harus tunjukkan KTM atau karcis yang biasa hilang,” ujar Reza.
Hal itu menjadi salah satu yang dianggap mengganggu mobilisasi warga UKM, menurut Reza. Apalagi, kata Reza, jika sebelumnya warga UKM bisa masuk melalui jalan masuk yang paling dekat dengan Gedung PKM, sekarang warga UKM mesti melalui ujung jalan lain yang dijadikan portal masuk, yang jarak tempuhnya lebih jauh. “Mutar ki lagi,” ucapnya dongkol.
Ia lebih lanjut menjelaskan selain akses keluar masuk yang semakin dipersulit, kendala yang kerap ia dan teman-temannya alami adalah kehilangan karcis, terlebih pula untuk beberapa mahasiswa yang seringkali beraktivitas semalam suntuk di PKM.
Hal ini senada dengan pernyataan Tegar, Ketua UKM Perbakin Unhas yang mengatakan bahwa hadirnya palang parkir cukup merepotkan, utamanya ketika ingin keluar dan harus menunjukkan karcis beserta KTM. Terlebih lagi jika karcis itu tercecer entah ke mana setelah berkegiatan di PKM. “(Apalagi) kalau semisal marah ki tukang parkirnya juga,” tambah Tegar.
Menerapkan penjagaan palang parkir selama 24 jam jelas membuat adanya pergantian sif penjaga secara berkala. Pergantian penjaga juga menjadi salah satu hal yang diresahkan warga UKM. Sebab dengan adanya pergantian, maka beberapa mahasiswa harus menunjukkan kembali KTMnya guna menandakan diri sebagai mahasiswa.
Hal ini pernah dialami Reza, ia mengatakan terdapat penjaga palang parkir yang mungkin telah mengingat wajahnya sehingga ia hanya perlu menunjukkan karcis dan penjaga pun membukakan palang portal untuknya. Namun jika terdapat sif penjaga, ia tak hanya diharuskan menyetor karcis, tapi juga diharuskan memperlihatkan KTMnya lagi sebagai bukti bahwasanya ia mahasiswa. Bahkan, pada suatu kesempatan ia masih saja dipaksa memperlihatkan KTMnya meskipun saat itu sedang mengenakan baju UKMnya. “Risih ki juga begitu karena nda selamanya baik-baik juga caranya itu penjaga palang,” ungkap Reza.
Tak hanya mengenai pergantian sif, Reza juga pernah mendapati penjaga palang parkir yang tertidur, sehingga membuatnya bingung dan tidak nyaman untuk membangunkan penjaganya. Padahal ia hanya ingin keluar sebentar untuk membeli makan.
Selain mahasiswa, masyarakat yang kerap beraktivitas di areal PKM juga ikut mengeluhkan keberadaan palang parkir karena dampak kebijakan itu lebih terasa bagi mereka. Sama seperti yang dialami oleh wanita paruh baya bernama Nuriski, salah satu orang tua yang rutin mengantar anaknya ke Gedung PKM untuk melakukan latihan taekwondo dan berenang.
Nuriski mengatakan bahwa tarif parkir yang harus mereka bayar untuk kendaraan mobil sebesar Rp5.000 dan untuk kendaraan motor sebesar Rp3.000. Baginya, jumlah itu mungkin tidak terlalu memberatkan, tapi jika harus datang mengantar anaknya latihan taekwondo setiap tiga kali seminggu dan latihan berenang tiap dua kali seminggu, tentu akan memberatkan baginya. Apalagi menjelang turnamen tiba, maka latihan anaknya akan dilakukan setiap hari.
Hal ini disetujui oleh Serli, yang juga merupakan salah satu orangtua atlet yang rutin mengantar anaknya latihan. Bahkan, setelah mengetahui bahwa parkir akan dikenakan biaya, ia memilih untuk parkir di luar agar tak dikenakan biaya parkir.
“Bukan main kalau kita tiga kali datang dededeh, sedangkan saya saja belikan anakku kue kalau datang tidak ada, cuman bawa air saja dari rumah,” ujar Serli sembari duduk di dekat lapangan indoor gedung PKM 1 ketika diwawancarai oleh Catatan Kaki.
Lebih lanjut Serli mengaku kecewa terhadap Unhas yang menerapkan kebijakan parkir berbayar bagi masyarakat. Padahal sebelumnya tidak ada kebijakan seperti itu. Hadirnya palang parkir membuat masyarakat mau tidak mau harus merogoh kocek.
Di sisi yang sama, Nuriski menceritakan betapa mengganggunya palang parkir itu. Dari tarif sampai pada macet yang terjadi di jalan akibat mengantri di palang parkir. “Deh panjangnya biasa itu kalau magrib,” ujarnya.
Mengambil retribusi dari masyarakat lewat palang parkir di jalan masuk, lantas membuat lapangan dan area GOR kini perlahan tak seramai dulu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Serli bahwa setelah beroperasinya palang parkir pengunjung pun mulai berkurang.
“Semenjak ada ini portal di depan ini tidak terlalu ramai mi (Areal PKM), jarang mi orang datang,” tambahnya.
Penulis: Anisa Pakulla‘
Reporter: Anisa Pakulla’ & Abid Pratama
Editor: Fajar Nur Tahir
No Comment