PENGHUNI RAMSIS MASIH KELUHKAN PRASARANA. DIREKTUR PUPA SUDAH TAHU. REKTOR MALAH INGIN BANGUN RUSUNAWA BARU.

“Banyak sekali orang-orang mengeluh, (dan) kayak nda dibati-bati ji.”

Catatankaki.org-Begitulah kata K, salah satu penghuni asrama mahasiwa (ramsis) Universitas Hasanuddin (Unhas) Ketika disambangi Catatan Kaki pada penghujung bulan puasa. Ia tengah mengemasi barang-barangnya, untuk dibawa pulang ke kampung halamannya. Melepas rasa rindu dengan ibu dan bapaknya.

Beberapa bulan sebelumnya, ketika pertama kali menempati ramsis, bapaknya lah yang berkunjung ke kamarnya. Bapak K sempat memperhatikan kondisi railing yang menjadi pagar pembatas di tepian koridor depan kamarnya yang tampak berkarat dan menurutnya gampang patah. Kondisi Railing lah yang juga menjadi penyebab kecelakaan Almarhumah Fitri beberapa bulan yang lalu di ramsis.

Sebatang pohon beringin muda juga sempat menyita perhatian bapaknya. Pohon beringin itu tumbuh pada sela-sela retakan dinding di sudut koridor depan kamar K. Akarnya terlihat menjalar di seputar pilar yang menopang lantai tiga huniannya.

“Bahaya ini kalau ada tumbuh begini (pohon beringin), karena semen (dinding) terpecah-pecah ki,” ucap bapak K sambil menunjuk ke arah pohon itu.

K tidak terpengaruh dengan penilaian bapaknya. Ia tetap menghuni kamarnya. Ramsis yang tidak menyediakan masa sewa bulanan membuat calon penghuninya tak punya pilihan lain, selain menyewa kamar selama setahun. Hal ini, menurut K, membuat penghuni baru ramsis tak dapat sekadar mencoba terlebih dahulu kehidupan di ramsis.

“Jadi kayak sudah mi diambil satu tahun, terperangkap maki. Sia-sia juga kalau dilepas ki,” ungkapnya di depan kamarnya yang gelap gulita karena bohlam koridornya yang rusak.

KELUH KESAH DI RUANG MCK

Hal yang kerap kali dikeluhkan oleh penghuni ramsis adalah ketidaklayakan ruang Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK). K yang telah hampir setahun menjadi penghuni ramsis mengatakan bahwa permasalahan tersebut telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari penghuninya.

“Wc paling anu iyya, itu paling rusaklah,” ucap K.

Di ramsis sendiri ruang MCK tersedia di tiap lantai bloknya. Pada masing-masing ruang terdapat enam bilik. Tiga bilik mandi dan tiga bilik toilet. Ada juga beberapa ruang yang hanya memiliki lima bilik, yang terdiri dari tiga bilik mandi dan dua bilik toilet. Tiap ruang MCK pun dilengkapi dengan adanya dua westafel dan juga sebuah cermin persegi panjang yang terletak di atas westafel.

Jumlah bilik yang ada tak membuat penghuninya puas. Pasalnya, tak semua bilik dalam ruang MCK dapat difungsikan sebagaimana mestinya. F, yang sudah hampir dua tahun menghuni ramsis mengeluhkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa di ruang MCK yang ada di lantai tiga bloknya hanya memiliki satu bilik yang layak pakai. Ia pun kesal lantaran bilik lain yang tak terurus dan tak kunjung mendapatkan perbaikan dari pihak pengelola.

“Banyak yang tersumbat. Dan kerannya nda mengalir airnya,” kata F.

Tak hanya itu saja, plafon yang terdapat di ruang MCK lantai kamar F juga mengalami kerusakan, sehingga air hujan dapat merembes masuk ke dalam dan memperparah genangan air yang ada dalam ruangan akibat drainase yang pampat.

“Sampai sekarang masih rusak atapnya,” ucap F sebal.

Kondisi ruang MCK yang berada satu lantai di bawah lantai F tidak lebih baik. Menurutnya, ruang MCK tersebut lebih hancur, kotor, dan banyak ditumbuhi lumut. Terjadinya antrian di ruang MCK lantai tiga tempat kamarnya berada pun menjadi hal yang lumrah manakala penghuninya memiliki kelas pagi, ditambah lagi dengan adanya penghuni dari lantai dua. Ia pun kerap terlambat masuk kelas karena mengantri.

“Satu ji yang dipakai na kita banyak orang yang tinggal,” kata F.

Satu-satunya bilik yang dapat dipakai dengan layak di ruang MCK itu hanyalah bilik toilet. Hal ini pun memaksa F dan tetangga-tetangga kamarnya untuk mandi, buang air, dan mencuci peralatan makan di satu tempat yang sama. Ia dengan raut muka kesal menambahkan, “kalau cuci piring di dekat kloset. Jadi bagaimana mi dirasa. Westafelnya juga tidak ada yang jalan.”

Selain daripada kondisi bilik-bilik ruang MCK yang tak seluruhnya dapat digunakan, aliran air yang tak lancar juga menjadi persoalan bagi kebanyakan penghuni ramsis.

Komplain-komplain mengenai air yang tak mengalir, hampir setiap hari menghiasi grup Whatsapp yang berisikan para penghuni dan pengelola ramsis. F mengaku kesulitan untuk beribadah dan buang air besar (BAB) karena air yang hanya mengalir di waktu-waktu tertentu saja.

C, penghuni lain ramsis pernah mengalami kejadian apes berkat air yang tak mengalir. Ia bercerita suatu waktu pada jam 12 malam ia ingin BAB. Ketika itu ia berkeliling di tiap ruang MCK yang ada di blok kamarnya, namun tak satupun ia mendapati bilik toilet yang mengalir airnya. Akhirnya karena terdesak, ia pun memilih untuk berjalan kaki menuju kos temannya yang berada di Jalan Damai, tepat di belakang ramsis.

“Jadi saya tengah malam jalan hanya untuk BAB,” ujar C.

Berdasarkan hasil pantauan acak Catatan Kaki, dari 36 ruang MCK yang diobservasi terdapat 11 ruang MCK yang plafonnya rusak; dari 36 ruang MCK hanya 9 ruang MCK yang memiliki cermin; dari 72 westafel, 55 diantaranya tak dapat difungsikan; dari 208 bilik hanya terdapat 35 bohlam lampu; dan dari 100 bilik toilet, 35 diantaranya tak layak guna (tersumbat, buntu, atau pampat drainasenya).  

PENGELOLA YANG TIDAK RESPONSIF

Keluhan-keluhan yang dilontarkan oleh para penghuni ramsis di grup Whatsapp acapkali tak mendapatkan respon yang mereka inginkan. Bahkan tak jarang mereka tak mendapatkan respon apapun dari pihak pengelola.

K menceritakan di salah satu grup Whatsapp unit kamarnya berada, seorang penghuni pernah mengeluhkan ruang MCK yang tersumbat drainasenya dan hanya menyisakan satu bilik saja yang dapat dipakai. Namun, pada bilik tersebut tak terpasang lampu. Alhasil bilik tersebut gelap gulita.

“Biar siang gelap (biliknya). Mohon maaf, Pak. Tolong ditangani,” ucap K menirukan isi pesan Whatsapp tersebut. Setelah itu ia menggulirkan isi pesan grup ke bawah, dan benar saja, keluhan penghuni itu sama sekali tak mendapatkan respon dari pengelola.

Di unit lain, F mengatakan para penghuni bloknya pernah cekcok dengan pengelola lantaran air di bloknya yang tak mengalir selama berhari-berhari. Persoalan ini membuat ia dan tetangga sebloknya naik pitam dan sepakat untuk melaporkan pengelola ke Direktorat Pengembangan Usaha dan Pemanfaatan Aset (PUPA) Unhas. Mendengar rencana tersebut, pengelola lantas mengaminkan keluhan mereka, airpun mengalir.

“Diancampi begitu, baru (mengalir),” ujar F.

F sendiri mengaku kecewa dengan pengelolaan ramsis. Meskipun pengelola lama di unitnya sempat digantikan oleh pengelola baru, tetap saja ia tak mendapati perubahan yang berarti. Selanjutnya ia dengan ketus mengatakan, “samaji bohong, biar banyak grup kalau keluhan nda didengar.”

Berkaitan dengan keluhan, K juga pernah mendapatkan respon yang tidak ia inginkan. Saat pertama kali menghuni kamarnya ia mendapati satu dari dua colokan listrik yang ada dalam kamarnya tak dapat digunakan. Ia pun langsung melaporkan masalah tersebut ke pihak pengelola. Kemudian ia diberitahu oleh pengelola untuk menunggu beberapa hari terlebih dahulu. Setelah beberapa hari menunggu, ia belum juga dikirimi teknisi oleh pengelola. Akhirnya K memutuskan untuk kembali bertanya.

“Bagaimana ji ini, Om? Bisa mi diperbaiki?” tanyanya ke pengelola. K pun sontak terkejut Ketika pengelola menjawab bahwa teknisi sudah dihubungi olehnya, namun ia tak kunjung mendapatkan balasan juga dari si teknisi. Selanjutnya pengelola memberikan nomor telepon teknisi ke K, dan meminta K untuk menghubungi sendiri teknisi tersebut.

“Kacaunya. Nda profesional sekali itu iyya,” ujar K jengkel.

Hingga kini, dari dua colokan listrik yang ada dalam kamarnya, hanya satu yang dapat digunakan.

PIHAK KAMPUS TAHU PENGHUNI MENGELUH

Kepala Subdirektorat Pemanfaatan Aset (Kasubdit) Unhas, Muh. Ridwan, mengaku sudah mengetahui keluhan-keluhan para penghuni ramsis.

Ia mengatakan dirinya juga ada di dalam grup Whatsapp tempat para penghuni ramsis menyalurkan keluhan mereka. Tak hanya melalui grup Whatsapp saja, ada juga penghuni yang menyampaikan keluhannya secara langsung kepada Kasubdit.

Ia menjelaskan bahwa secara manajerial ramsis memang berada di bawah tanggung jawabnya selaku Kasubdit Pemanfaatan Aset. Namun, pemasukan ramsis berupa uang sewa penghuni disalurkan langsung ke rekening Rektorat.

Ada juga pemasukan lain dari biaya sewa coffee truck yang berjualan di depan parkiran ramsis. Tak hanya itu, Kasubdit juga mengaku bahwa penjual pentol yang biasa berjualan di depan gerbang ramsis juga ikut ditagih biaya sewa.

“Mau diusir juga selalu ada terus di situ, jadi saya kasih bayar mi saja,” ucapnya.

Oleh Karena pemasukan yang tak langsung masuk ke kas Direktorat PUPA, dana operasional yang ia kelola untuk pemeliharaan aset berbentuk dana PAGU (batas maksimal pengeluaran) sejumlah Rp3.000.000.000 yang diturunkan langsung dari Rektorat pertahunnya.

Jumlah dana tersebut tak lantas membuat pemeliharaan dan pembenahan di ramsis dapat berjalan dengan lancar, sebab dana tersebut telah di alokasikan ke berbagai keperluan lain di Direktorat PUPA.

Berdasakan hasil Realisasi Anggaran Direktorat PUPA dari bulan Januari sampai April 2023, jumlah alokasi dana  yang diperuntukkan ke Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Aset senilai Rp161.764.000. Dana ini sendiri tak hanya dipakai untuk pemeliharaan ramsis saja, melainkan seluruh aset-aset Unhas  yang tidak berbadan hukum.

Kasubdit mengatakan bahwa jumlah dana tersebut sebenarnya sama sekali tak cukup untuk  menangani seluruh keluhan penghuni ramsis yang total kamarnya mencapai 1600 kamar. Dengan jumlah kamar itu, ia telah menakar potensi kerusakan yang ada.

“Memang tidak pernah bisa kita cover semua perbaikannya setiap tahun,” kata Kasubdit.

Untuk pemeliharaan kecil-kecilan seperti pemasangan lampu, Kasubdit mengaku menangani langsung persoalan semacam itu. Dan jika pembenahan yang dilakukan membutuhkan biaya yang dirasanya cukup besar, maka ia akan melemparkannya ke Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Keuangan (WR 2).

“Kalau maintenance yang jumlahnya agak besar itu kita ke rektorat mengajukan ke WR 2,” ujarnya.

Kasubdit yang mengaku malu pada mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang masuk ke Unhas, akhirnya mengajukan pembenahan ruang MCK yang ada di ramsis. Beberapa ruang MCK pun sempat diperbaiki.

Hal ini dibenarkan K. ia mengatakan ruang MCK di bloknya memang sempat mendapatkan perbaikan pada saat mahasiswa MBKM masuk. Namun, ia mengatakan tak merasakan perubahan yang signifikan. Masalah seperti air dan penerangan masih belum tertangani.

“Perbaikan pernah ada di wc, tapi nda signifikan ji. Cuman ventilasi, pintu, sama shower. bedanya sekarang bisa mi dikunci pintunya,” ucap K. Sementara itu, di lain unit, bilik -bilik di ruang MCK F masih memakai ganjalan berupa paku ataupun batu. Air dan penerangan pun masih menjadi masalah buatnya.

Mengenai permasalahan air sendiri, Kasubdit membeberkan bahwa untuk saat ini Unhas telah menyurvei beberapa titik yang dapat dijadikan sumber air. Namun, karena terkendala biaya, proses eksplorasi dan pengeboran sumur hingga kini belum dapat dilaksanakan. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa hotel lebih diprioritaskan pencarian sumber airnya.

“Hotel juga bermasalah itu, (karena) banyak orang datang dan membayar mahal,” katanya.

Terdapat empat aktifitas yang jumlah alokasinya lebih besar daripada dana Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Aset, yakni Belanja Perjalanan Dinas Dalam Negeri senilai Rp200.000.000; Honorarium Kegiatan Direktorat PUPA senilai Rp237.000.000; Belanja Barang senilai Rp781.837.000; dan yang paling besar Pembayaran Gaji dan Insentif Tenaga Harian senilai Rp1.389.600.000.

Meskipun memuncaki nominal pengalokasian dana, Kasubdit mengatakan bahwa Gaji dan Insentif Tenaga Harian hanya cukup sampai bulan September.

REKTOR INGIN BANGUN RUSUNAWA BARU

Keinginan Rektor untuk membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) baru disampaikan oleh Kasubdit. Ia mengatakan tujuan Rektor membangun rusunawa baru agar mahasiswa baru tahun pertama bisa masuk hunian terlebih dahulu.

Rencana Rektor ini dibenarkan oleh Adi Maulana selaku Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis (WR 4). Ia berpendapat bahwa Unhas sebenarnya ketinggalan dengan kampus-kampus di luar seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mahasiswa barunya diasramakan.

“Jadi asrama itu hanya untuk mahasiswa baru. Kenapa? Karena dia kan harus (menjalani proses) pengenalan kampus, orientasi, dan sebagainya,” ujarnya.

Ambisi untuk mengasramakan mahasiswa baru Unhas pada tahun pertamanya belum dapat dilakukan karena jumlah asrama di Unhas yang masih tidak sepadan dengan jumlah mahasiswa baru yang masuk tiap tahunnya. Oleh karena itu WR 4 menyayangkan ketertinggalan Unhas dengan kampus-kampus di luar, dan kedepan ia berharap aset-aset Unhas dapat terus bertambah. 

Kasubdit sendiri mengatakan bahwa proses perencanaan pembangunan rusunawa baru tengah memasuki tahap pencarian investor.

“Investor kita cari sekarang kan. Bank apa semua sudah mulai banyak yang berminat,” kata Kasubdit.

Dengan alasan bahwa rusunawa baru akan dibangun dari investasi pihak luar, mahasiswa baru yang akan menempati rusunawa baru tersebut pun akan tetap dikenakan biaya sewa. Melihat dari jumlah penyewa rusunawa yang sudah ada saat ini, Kasubdit menilai bahwa prospek rusunawa baru itu bagus untuk Unhas.

“Kalau dilihat dari tingkat huniannya, kalau diwajibkan masuk ya lumayanlah (uang sewanya) karena full itu pasti,” ucap Kasubdit.

Mendengar kabar pembangunan rusunawa baru ini F merasa kecewa. Ia menilai Unhas seharusnya terlebih dahulu memerhatikan keadaan di dalam kampus. Jangan hanya mempermak diri dan memberi tampak luar yang bagus. Kemudian ia berkata, “Pemikirannya orang mahal dibayarkan dan bagus di dalam, tapi setelah masuk, zonk.


Penulis: Fajar Nur Tahir
Repoter: Fajar Nur Tahir, Anisa Pakulla’ & Febryanti
Fotografer: Abdul Hakam Hidayat, Zainuddin & Iluh Putri

Previous <strong>PERINGATI 60 HARI KAMPUS LEPAS TANGAN, MAHASISWA KELAUTAN GELAR PANGGUNG BEBAS EKSPRESI</strong>
Next TAK MAMPU BAYAR UKT, UNHAS GUGURKAN CALON MAHASISWA BARUNYA

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *