“Oh berarti sudah tidak ada masuk dana untuk UKMmu toh?”
Catatankaki.org-Suci (Baca: samaran) terkesiap, ia tak menyangka Abdullah Sanusi berkata demikian. Sejurus kemudian ia menginformasikan pernyataan Direktur Kemahasiswaan itu kepada kawan-kawan pengurusnya via grup whatsapp lantas undur diri dari ruangannya.
Sebelumnya Direktur Kemahasiswaan memanggilnya saat hari Pelantikan Bersama Ketua-Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada 6 Februari 2023. “Bisa nanti ke ruanganku? Ada ini nanti kerja sama,” katanya sambil menirukan ucapan Direktur Kemahasiswaan tersebut. Keesokan harinya ia datang memenuhi panggilan. Kerja sama yang dimaksudkan ialah kerja sama antara UKMnya—yang tidak ingin disebutkan namanya—dengan PT Hadin Metavisi Akademika (HMA) yang merupakan perusahaan holding milik Unhas.
Dalam percakapan mereka, Suci menanyakan terkait tim proyek dalam kerja sama yang malah dijawab dengan tidak akan diberikannya dana kegiatan kepada UKMnya oleh Direktur Kemahasiswaan. “Ka tidak begitu memang kerja sama di awalnya toh. Tapi lama-kelamaan kenapa Pak Dir bilang begitu waktu akhir-akhir ini,” ucapnya dengan nada panik disertai kebingungan.
Suci beranggapan pernyataan itu disebabkan Direktur Kemahasiswaan merasa telah membantu UKMnya dalam proyek kerja sama tersebut. “Bedaki alirannya, kan ini UKM (sudah) haknya diterima itu dana untuk UKM. Kenapa harus disamakan dengan kerja sama yang dimaksud?’’ ujar Suci.
Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan menyangkal dengan mengatakan bahwa ia telah melakukan klarifikasi. “Kan tiga kalima ketemu, yang terakhir saya sudah klarifikasi. Saya bilang tetap jako dibantu, tapi misalnya harusnya saya kasiko Rp500.000 yah Rp250.000 mami,” ujarnya saat ditemui oleh Catatan Kaki pada Senin, 3 April 2023.
Berkurangnya dana kegiatan Kemahasiswaan serta lambatnya pencairan dana dirasakan oleh berbagai UKM. Hal ini diamini oleh Faiq selaku ketua Forum Bersama (Forbes) UKM periode 2022. “Sudah beberapa periode maka di UKM, itu dana kesekretariatan kan dana yang sudah pasti ada, dan di beberapa tahun terakhir, pertengahan maret itu bukanmi lagi kasih naik proposal, (tapi) seharusnya sudah pencairan,” ujarnya.
Selain itu Faiq yang juga tergabung dalam UKM Kempo mengatakan bahwa di periode pejabat Kemahasiswaan sebelumnya, UKM Kempo bisa memberangkatkan empat sampai lima atlet untuk mengikuti perlombaan yang transportasinya diakomodir oleh pihak kampus. Namun, sekarang kampus hanya mengakomodir dua orang atlet saja.
Terkait hal tersebut Direktur Kemahasiswaan menyangkal, ia mengaku bahwa tahun ini tidak ada pengurangan dana untuk UKM, melainkan penyesuaian. Sementara itu, saat ditanyai terkait penyebab dari lambatnya pencairan dana, ia mengatakan masalahnya ada di Kementerian. Tidak ada penjelasan lebih detail terkait masalah di Kementerian yang ia maksudkan. Kemudian ia mengaku menggunakan dana pribadinya untuk menutupi permasalahan dana yang ada di Kemahasiswaan. Akan tetapi, ia enggan membeberkan nominal dana pribadi yang mesti ia gelontorkan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dana yang dihabiskan Kemahasiswaan tahun lalu adalah Rp5.000.000.000, sementara alokasi untuk UKM tingkat Universitas senilai Rp800.000.000. Ia juga mengatakan bahwa alokasi dana Kemahasiswaan pada tahun ini masih sama dengan tahun lalu, yaitu Rp5.000.000.000. Sementara saat dimintai keterangan terkait transparansi pengalokasian dana Kemahasiswaan, ia menolak. “Oh nda bisa, nda begitu modelnya,” ungkapnya.
“Oh nda bisa, nda begitu modelnya,”
Selanjutnya ia juga menjelaskan upaya Kemahasiswaan dalam memberdayakan UKM. “Misalnya dana kesekretariatan, dukungan kalau mau lomba, upgrading, kan ada dibantu. Terus kalau mau pergi lomba dibantu. Dia bikin lomba sebagai panitia kita bantu. Terus infrastruktur kita siapkan, kita perbaiki,” terangnya.
kemudian ia membedakan alokasi pendanaan ke tiap-tiap UKM berdasarkan Indikasi Kinerja Utama (IKU). “Dia kalau berprestasi memberikan kontribusi nda? Medali atau apa (misalnya). Tapi kan tidak semua UKM dikasih standar begitu. Jadi yang berkontribusi terhadap IKU yah wajar dia dikasih (dana) banyak,” sambungnya.
KEKURANGAN DANA OPERASI KEMANUSIAAN DAN BATAL MENGIKUTI LOMBA INTERNASIONAL
UKM Karate batal mengikuti Kejuaraan Karate antar mahasiswa tingkat internasional “Sebelas Maret Cup XII” di Universitas Sebelas Maret pada 17-19 Maret 2023. Bunga (baca: samaran), pengurus UKM Karate, menuturkan bahwa kurangnya dana dari Kemahasiswaan menjadi alasan tidak berangkatnya atlet karate Unhas pada ajang tersebut.
Ambisi Bunga dalam mempertahankan gelar juara umum ketiga pada perhelatan itu pupus sudah. Nama Unhas tak jadi bergema, sebab saat meminta kepastian atlet yang bisa dibiayai sepenuhnya, Kasubdit Kemahasiswaan, Muh Irdam Ferdiansah, hanya bersedia menanggung seorang saja dari 12 orang yang diajukan. “Malu-malu ji pergi kalau cuma seorang ji mau dibawa,” ucapnya dengan nada kecewa.
Saat ia menghadap ke Kasubdit Kemahasiswaan, ia menjelaskan bahwa dari awal Kasubdit Kemahasiswaan enggan memberikan biaya transportasi menuju lokasi kejuaraan dengan alasan biaya transportasi yang sangat memberatkan. “Saya cuman bisa biayai konsumsi sama pendaftaran,” ujarnya sambil menirukan ucapan Kasubdit Kemahasiswaan tersebut. Akan tetapi, setelah Kasubdit Kemahasiswaan membicarakan persoalan ini dengan Direktur Kemahasiswaan selaku atasannya, keputusannya berubah.
“Setelah dia (kasubdit kemahasiswaan) bicara sama pak Direktur, kita kembali lagi ke sana. Nah dia bilang, itu konsumsi ternyata tidak bisa dibiayai. Dia cuma mau biayai uang pendaftaran,” sambungnya. Lebih lanjut Bunga mengatakan bahwa harapannya biaya transportasi dapat ditanggung oleh Kemahasiswaan, sebab bila biaya pendaftaran tidak ditanggung, ia dan teman-teman atletnya bersedia menggunakan dana pribadi. “Karena biasanya begitu ji, tapi dia (Kasubdit Kemahasiswaan) tidak mau, dia mau biayai saja uang pendaftaran,” ucapnya.
Kemudian ia disarankan oleh Kasubdit Kemahasiswaan meminta dana ke Fakultasnya. Niat hati mendapatkan dana dari Fakultas, yang ada hanyalah bolak-balik berujung penolakan oleh pihak Fakultas dengan alasan UKM merupakan organisasi yang dinaungi langsung oleh Rektorat. “Susah juga kalau mau minta ke Fakultas,” ujarnya.
Akhirnya dana yang bersedia diberikan oleh Kemahasiswaan adalah Rp6.000.000. Bunga mengatakan kalau Kasubdit Kemahasiswaan mengaku dana tersebut telah melebihi dana yang seharusnya diberikan ke UKM Karate. Atas alasan tersebut, ia menyayangkan tidak adanya transparansi alokasi dana untuk tiap UKM.
Terkait hal itu, Direktur Kemahasiswaan mengaku tak menahu. “Saya tidak tau konteksnya jadi saya tidak bisa ngomong. Kan kau juga tadi bilang katanya. kalau saya tau infonya saya bicara. Tapi kalau saya tidak tahu?” ucapnya kepada Catatan Kaki.
Tak hanya Bunga, Sofyan selaku ketua UKM Search and Rescue (SAR) juga mengeluhkan tidak adanya transparansi pendanaan dari Kemahasiswaan. Pasalnya, ia menilai pendanaan yang didapatkan untuk UKM SAR tahun ini jauh dari kata cukup.
Ia menjelaskan kegiatan operasi kemanusiaan SAR yang ia lakukan membutuhkan dana yang tidak sedikit, utamanya pada wilayah bencana di luar Kota Makassar. Ia menceritakan saat operasi kemanusiaan di Kabupaten Bone ia menghabiskan dana sampai Rp1.900.000, sementara dana yang diberikan oleh Kemahasiswaan hanya Rp300.000 saja. Ia mengeluhkan dana yang jauh dari kata cukup itu. “Iya, tidak mencukupi sebenarnya sih,” ujarnya dengan nada pasrah.
Ia mesti memutar otak untuk mendapatkan dana agar misi kemanusiaan yang selama ini ia dan teman-temannya emban, tidak mogok di tengah jalan. Salah satu cara yang ia lakukan ialah menerapkan iuran anggota. “Kami juga kesulitan ketika kas kami kurang atau tidak mencukupi, dikarenakan kita tidak tahu suatu waktu kami butuhkan dana untuk turun operasi SAR, terutama yang di luar Makassar,” ungkapnya.
Tak jauh berbeda dengan Bunga, Faiq juga mengisahkan pengalamannya di UKM Kempo. Ia mengaku tidak dibiayai dalam mengikuti event Nasional Kempo. Padahal ia menilai bahwa event tersebut sangat penting. “Pelatihan ini penting untuk yang melatih di UKM, biar bisa update lagi teknik-teknik di Kempo untuk dibawa ke UKM,” pungkasnya.
Faiq mengungkapkan bahwa ia tidak dibiayai dengan alasan berstatus mahasiswa angkatan 2018. “’Rugi’ katanya (Direktur Kemahasiswaan) kalau angkatan 2018 (karena) sudah mau mi lulus, sudah sedikit mami jenjang karirnya di kampus,” ungkapnya.
“Padahal meskipun kita sudah sarjana, tetap ji bakalan mengabdi di UKM buat melatih,” sambungnya. Ia juga mengatakan bahwa atletnya yang berstatus mahasiswa angkatan 2021 mengaku masih belum siap untuk mengikuti event yang telah bergulir Februari lalu.
Karena tekadnya yang sudah kuat, ia mengorbankan dana pribadinya untuk tetap berangkat tanpa bantuan dari Unhas.
Penulis: Abd Sulaeman
Reporter: Abd Sulaeman, Abid Pratama & Anisa Pakulla’
Editor: Fajar Nur Tahir
No Comment