Catatankaki.org-Aliansi Mahasiswa Makassar (AMM) menggelar aksi serentak bertajuk “Reformasi Jilid 2” di depan kantor DPRD Provinsi Sulawesi Selatan pada Senin, 11 April 2022. Bermula dari munculnya isu penundaan pemilu dan wacana 3 periode dari pernyataan menteri-menteri era Presiden Jokowi, hal ini memancing amarah publik. Aksi yang mulanya damai, berakhir bentrok dengan pihak kepolisian.
Aksi ini dimulai sekitar pukul 15.00 WITA, diiringi orasi dan nyanyian demonstrasi. Massa aksi yang sebelumnya terpencar di beberapa titik sekitar fly over Pettarani, merengsek ke depan kantor DPRD Sulawesi Selatan menuntut pernyataan sikap dari para anggota dewan. Pukul 16.30 WITA, anggota DPRD keluar menemui massa aksi dan menyatakan pernyataan sikapnya.
Dari 9 fraksi anggota DPRD, hanya 7 fraksi yang datang menemui massa aksi. 3 fraksi yang tak menampakkan batang hidungnya yakni PKB, PDIP dan Golkar. Ketidakhadiran itu memantik rasa curiga akan sikap pro terhadap isu yang ada. Hal ini turut dipertanyakan oleh salah seorang demonstran. “Jawab dulu, Pak! jawab dulu kenapa semua partai tidak datang ke sini untuk pernyataan sikap? Jawab dulu semua partai di mana? hadirkan fraksi PDIP!” ucapnya. Namun, anggota DPRD tidak menyikapi pertanyaan tersebut dan meneruskan pernyataan sikapnya.
“Kami sepakat dan mengeluarkan pernyataan sikap. Satu, mendesak presiden dan DPR RI seluruh fraksi membuat pernyataan resmi kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak akan ada perpanjangan masa jabatan 3 periode presiden dan menolak penundaan pemilu, itu yang pertama. Yang kedua, mendesak presiden untuk menurunkan harga BBM dan menstabilkan stok BBM bersubsidi. Yang ketiga, mendesak presiden untuk menurunkan harga pertambahan PPN. Yang keempat, copot Menteri perdagangan yang gagal dalam menstabilkan harga bahan pokok. Ini sebagai bentuk pernyataan sikap kami bersama mahasiswa”, ucap Syaharuddin Alrif, wakil ketua 1 DPRD provinsi Sulawesi Selatan, dari fraksi Nasdem.
Setelah selesai dengan pernyataan sikapnya, anggota DPRD kembali memasuki kantornya. Namun, hal tersebut disambut dengan ketidakpuasan dari massa aksi dikarenakan masih banyaknya tuntutan lain dari para mahasiswa yang tidak dibahas dalam pernyataan sikap tersebut. Ketidakpuasaan massa tersebut memicu amarah massa aksi.
Sekitar pukul 17.30 WITA kondisi kian memanas. Kepolisian mulai menembakkan gas air mata ke kerumunan massa. Kepolisian memaksa massa aksi membubarkan diri dengan mendorong kerumunan terus mundur dari lokasi aksi. Aksi berakhir dengan tidak kondusif dan penuh represifitas aparat kepolisian.
Reporter: Abd Sulaeman
No Comment