catatankaki.org — Pecahnya bentrok antara satpam dan mahasiswa pada aksi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Unhas, tidak sekedar lempar-lemparan batu dan kejar-kejaran hingga ke lorong-lorong fakultas yang letaknya jauh dari titik aksi, yakni Gedung Rektorat. Seorang mahasiswa juga menjadi korban salah tangkap dan penganiayaan yang dilakukan oleh Satpam hingga menimbulkan luka dan lebam di beberapa bagian tubuh.
Cahe, panggilan akrab Ardiansyah (19 tahun) mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang juga merupakan anggota UKM Teater, nampak lemas dan pucat saat berjalan keluar dari Gedung Rektorat, Kamis (2/5). Matanya bengkak dan terdapat luka di bagian dagunya. Sekitar satu jam sebelumnya ia digelandang oleh satpam pada saat terjadi bentrokan dan baru dikeluarkan setelah dilakukan negosiasi antara pihak rektorat dengan perwakilan massa aksi yang meminta agar mahasiswa yang ditahan dikeluarkan.
Cahe tidak sendiri, diantarkan beberapa pegawai rektorat, ia keluar dari lobi Gedung Rektorat bersama seorang mahasiswa Fakultas Peternakan yang juga tampak lemas dan tak banyak menjawab saat ditanyai kondisinya. Keluarnya kedua orang tersebut lantas juga membubarkan massa aksi yang masih berada di sekitar gedung lama Fakultas Farmasi dan di depan Bank Mandiri.
Beberapa waktu setelahnya, barulah diketahui bahwa Cahe adalah korban salah tangkap oleh satpam. Ia sama sekali tidak ikut aksi. Saat ditemui dua jam setelah dilepaskan, ia memaparkan bagaimana kronologi kejadiannya. Ia tidur di Sekretariat UKM Teater dan bangun pada sore sekitar pukul 16.00 Wita. Pengurus UKM Teater menyampaikan, beberapa hari ini mereka memang tengah sibuk latihan dan sedang mempersiapkan penampilan untuk sebuah lomba teater sehingga beberapa anggota yang tidak sempat pulang memanfaatkan sekretariat untuk beristirahat.
Kejadian penangkapan Cahe sendiri terjadi di sekitar gedung lama Fakultas Teknik yang belakangan digunakan sebagai sekretariat UKM. Ia sedang menuju WC yang letaknya ada di atas lantai dua dan untuk sampai disana harus keluar dari gedung dan melewati taman di sekitar gedung Pascasarjana FEB yang sama-sama memanfaatkan gedung lama Fakultas Teknik. Pada saat bersamaan, baru saja terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan satpam. Beberapa satpam melakukan pengejaran dan penyisiran. Cahe bertemu dengan beberapa satpam tersebut dan langsung digelandang menuju kantor satpam.
Saat ingin dibawa ia sempat menanyakan penyebabnya dan memberitahu ia bukan massa aksi. Namun, satpam tidak percaya dan ia mulai dianiaya.
“Sempatji kutanya bilang kenapa ini pak? Ndak ikut ka’ saya aksi tapi nabilang [satpam] ‘ikut mako saja’. Sudah itu dipegangi tanganku baru dijambak rambutku ke belakang, dipukuli ma’ di situ di mukaku,” jelasnya saat ditemui di Sekretariat UKM Teater, Kamis malam.
Meski tidak ingat berapa tepatnya jumlah satpam pada saat itu, ia melihat salah satu dari mereka membawa sajam (senjata tajam). Lebih lanjut, ia menceritakan bahwa sepanjang jalan menuju kantor satpam, ia diseret dan terus menerus dipukuli. Hal tersebut dibenarkan salah seorang saksi yang menyaksikan kejadian tersebut namun enggan disebutkan identitasnya.
Sebelum sampai di Kantor Satpam, tepatnya di halaman Gedung Rektorat ia menceritakan bahwa ia sempat dimasukkan ke dalam got dan mendapat tambahan tindakan penganiayaan, ia diinjak-injak. Hp-nya juga jatuh pada saat itu dan mengalami kerusakan.
Namun ia mengaku bahwa yang memasukkannya ke dalam got dan menginjak-injaknya tidak berseragam satpam melainkan berpakaian Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia), dimana pada hari itu beberapa pegawai Rektorat Unhas memang terlihat memakai baju batik biru khas PNS tersebut.
Ditempatkan sebentar saja di Kantor Satpam, ia lalu dibawa ke lobi Gedung Rektorat. Disitu ia kembali memberitahu bahwa ia tidak ikut aksi dan pegawai rektorat menyadari ia korban salah tangkap sehingga ia kemudian dibawa ke RS. Wahidin untuk memeriksa luka dan membelikannya obat.
Hampir serupa, Arisal, awak PK Identitas yang sedang meliput aksi tersebut juga kena pukul satpam. Dipukul di bagian paha dari arah belakang, ia dilarang mengambil gambar dan terpaksa menyerahkan kameranya. Mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah tersebut memang tengah mendokumentasikan penangkapan mahasiswa oleh satpam dan ketika kameranya dikembalikan foto-foto kejadian tersebut telah dihapus.
Sementara itu, meski tidak pasti berapa jumlahnya, juga tidak sedikit massa aksi yang turut mendapat terjangan pukulan, dengan tongkat kayu, bambu, atau besi, pentungan, hingga terkena lemparan baru.
Penulis: Nomi
Editor: Harun
No Comment