Moral commonplaces are amazingly useful when we can find little in ourselves with which to justify our actions.”
― Alexander Pushkin, on Tales of Belkin and Other Prose Writings In the 1829 war between Russia and Turkey.

catatankaki.org — Hari ini adalah awal Bulan Desember, pertanda bahwa musim dingin di mulai hari ini. Tak terkeculai bagi negara tempat study saya, Rusia. Sudah di pastikan setiap hari akan turun salju ringan hingga ekstrim, setidaknya itulah penjelasan singkat dosen saya sebelum kelas hari ini di mulai.

Sebagai seorang Mahasiswi yang baru satu bulan menginjakan kaki di tanah beruang merah ini. Semua akan menjadi cerita yang seru. Fakta fakta kecil yang menggelikan hingga propaganda dari pemerintahan akan menjadi topik yang tak ada habisnya di bahas di kelas Bahasa kami. Dosen saya adalah seorang Professor asli Moscow, lahir dan besar di Ibu Kota Moscow, dan pernah bekerja di Amerika Serikat selama tiga tahun sebagai pengajar bahasa Rusia di Sekolah. Beruntung sekali kelas Internasional kami mendapatkan Dosen yang punya jam terbang tinggi untuk mengajar bahasa Rusia ke Mahasiswa Internasional.

Selain itu Dosen saya juga punya segudang cerita tentang tanah kelahirannya yang sering ia sisipkan dalam sela-sela pelajaran. Kebetulan hari ini buku pelajaran kami sampai pada tahap membaca cerita pendek tentang sosok yang punya jasa penting bagi sastra modern di Rusia. Terlihat Foto Lukisan dua orang dengan foto terpisah bertuliskan A.C Pushkin dan Natalia Gonsharova dengan tulisan sirilik.

Kamipun bergiliran membaca ceritanya, teman saya Ghani dari Afganistan mendapatkan paragraf pertama, membuka kisah pendek ini.

Aleksandr Sergeyevich Pushkin adalah seorang penyair yang lahir pada tahun 6 Juni 1799 di Moscow, lahir dari keluarga terhormat dan mendapatkan pendidikan yang layak. Ia pindah dari Moscow ke Saint Petersburg saat menimba ilmu. Bakatnya sebagai seniman telah terlihat saat ia mulai menginjak usia 15 tahun dengan mengeluarkan puisi pertamanya. Puisi panjang mulai banyak terbit saat itu berjudul Tales of Belkin and Other Prose Writings namun, mengundang banyak kotroversi karena menyinggung pemerintahan saat itu. Karya nya yang berjudul “Ode To Liberty” paling kontroversial, setelah itu ia banyak menulis tentang Revolusi Prancis, pemberontakan di Yunani hingga Konflik Ottoman membuat marah pemerintahan saat itu. Hingga ia dikucilkan dari lingkungannya sendiri. Sejak saat itu pushkin hidup dalam keterbatasan di Saint Petersburg (yang pada saat itu baru saja menjadi Ibu Kota Rusia).

Jalan Myatnitskaya.
Photo: Tatooyyars

Namun menjadi miskin tak membungkam pemikiran-pemikiran Pushkin yang terus ia tuang dengan pena dan kertas. Pushkin bernasib sama seperti pemikir pada zamannya, banyak berkarya tetapi menjadi semakin miskin dan tidak dihargai. Tetapi, kisah miris Pushkin tak berhenti sampai di sini, kisah cintanya bersama sang istri pun mempunyai bagian yang paling menyakitkan dari kisah hidup Pushkin, membawanya pada kematian yang tak layak sebagai seorang Seniman moderat.

Stop!, Next Zhang!” Dosen saya memotong, menyuruh paragraf kedua di bacakan oleh Zhang teman kelas saya dari Vietnam. Gadis berkacamata ini mulai membaca dengan aksen Vietnam yang kental.

“ Karya nya yang berjudul “Ode To Liberty” paling kontroversial, setelah itu ia banyak menulis tentang tentang Revolusi Prancis, pemberontakan di Yunani hingga Konflik Ottoman membuat marah pemerintahan saat itu. Hingga ia dikucilkan dari lingkungannya sendiri.”

Pushkin menikah dengan  gadis bernama Natalia, seorang gadis yang tidak memiliki kedudukan sosial dan pendidikan tinggi di lingkungannya, terlahir sebagai gadis biasa yang periang dan manja. Pushkin dan Natalia menikah, umur pushkin saat itu 32 tahun, sedangkan Natalia baru menginjak 18 tahun. Sebuah jarak usia yang membuat kisah cintanya tak seindah puisi-puisi yang ia tulis. Sebagai seorang seniman dan pemikir, Pushkin banyak mengabiskan waktu di ruang kerjanya, menulis, membaca, dan berkarya.

Pribadinya serius, kaku, dan pemikiran yang kritis membuatnya tak punya waktu sekedar berdansa di lantai dansa pesta-pesta keluarga. Sedangkan Natasha, Istrinya, layaknya gadis muda Rusia pada umumnya berdansa menjadi salah satu kegiatan yang tak bisa lepas darinya, berdandan ke pesta-pesta, dan banyak menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. sungguh berbanding terbalik sifat kedua suami-istri ini.

Okay, saya mau katakan sesuatu sebelum lanjut” potong Dosen saya lagi.

“Dalam banyak buku tentang kisah Pushkin dan Natalia, penulis akan menulis bahwa kedua suami istri ini bahagia dengan pernikahan mereka, tapi ada rahasia kecil. Rahasia kecilnya adalah, Pushkin dan Natalia tak pernah saling mencintai dan tidak pernah bahagia dengan pernikahan mereka.

Selanjutnya Msalam“, kawan saya dari Jordania melanjutkan tongkat estafet cerita ini, lelaki yang selalu menggunakan topi rajut itu mulai membaca dengan bahasa sirilik

Dalam darah Pushkin mengalir darah Eritrea, kakek buyut Pushkin adalah orang Eritrea. Hingga membuat Pushkin memiliki perawakan yang berbeda dari orang rusia pada umumnya, tubuhnya lebih pendek dan rambutnya keriting. Berbeda dengan Natalia yang asli orang Rusia, tinggi semampai, tingginya bahkan melebihi Pushkin, kulitnya putih, bermata biru dan sangat muda, cantik sekali dalam setiap pesta-pesta yag ia hadiri.

Banyak lelaki yang mendekati Natalia saat pesta berlangsung, termasuk seorang lelaki berkewarganegaraan Prancis Georges, ia punya pengaruh penting dalam hubungan bilateral Rusia dan Prancis kala itu. Georges terus mengejar-ngejar Natalia hingga rumor beredar bahwa mereka berselingkuh. Rumor ini menjadi bahan pembicaraan hingga terdengar oleh Pushkin. Ia menjadi sangat marah dan memperingati Georges melalui surat ke Kedutaan Perancis, bahwa jangan lagi mengejar-ngejar istrinya. Namun balasan dari Georges adalah berduel, senjata dengan senjata. Saat itu, cara menyelesaikan masalah secara Jantan adalah dengan berduel.

Awalnya pushkin menolak dengan membalas surat tersebut, tapi Georges terus mendesak Pushkin agar mau berduel dengannya. Jika ia kalah, ia tak akan lagi menganggu istrinya. Karena merasa terdesak dan rumor semakin membesar akhirnya Pushkin menyetujui duel tersebut. Duel Bersenjata di awal tahun 1837.

Butiran Salju di luar mulai berjatuhan, membesar dan membesar membungkus gedung Kampus di jalan Profsoyusnaya dengan butiran kristal putih. Cerita tak berhenti sampai di situ. Giliran saya membaca bagian akhir dari kisah nyata nan usang berusia 181 tahun ini.

Akhir Januari 1837 menjadi hari kelabu bagi pecinta sastra Rusia modern. Kita tau Pushkin tak pernah pandai menggunakan senjata. Dia hanyalah seorang pemikir dan sastrawan, jauh dari konflik bersenjata dalam artian sesungguhnya. Dia tak akan pernah menang berduel melawan siapapun, termaksud dengan George.

Tapi tak ada yang bisa menghentikan duel ini, bahkan Duta Besar Perancis pun tak mampu menahan duel maut ini. Duel ini pun terjadi di dekat sungai Hitam, Saint Petersburg. Bisa di pastikan Puskin kalah dalam pertarungan atas nama cinta ini. Meninggalkan semua karya-karya yang amat penting bagi kesusasteraan Rusia. Pushkin meninggal akibat luka tembak di pinggulnya. Darahnya mengalir ke gumpalan salju akhir Januari, salju yang putih menjadi merah darah.

Sebuah pengorbanan yang tak layak di sebut pengorbanan cinta, karena rahasia kecil mereka yaitu “tak pernah saling mencintai”. Pushkin meninggal di usia 37 tahun, masih sangat muda bagi seorang pemikir, sastrawan dan bapak sastra moderat Rusia.

Tapi, buku-buku yang ia tulis abadi hingga saat ini. Puisi-puisi yang ia tulis di terjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Pemikiran-pemikirannya di gunakan sebagai landasan sastra sampai saat ini. Musik-musik Rusia Modern juga menggunakan landasan pemikiran Pushkin. Syair-syairnya tertuang rapi dalam setiap hati warga Rusia hingga hari ini.

Saat ini, warga Rusia adalah orang yang paling mencintai karya seni. Terbukti dengan Museum-Museum sangat digemari untuk di kunjungi dan tak ada habisnya menjadi cerita para pengunjung. Opera-Opera, walau harga tiket per-pertunjukan dibandrol dengan harga selangit selalu sesak penuh dengan pengunjung. Teater-teater di berbagai kota menjadi kunjungan paling ramai di akhir pekan. Rusia sangat mencintai dan menjaga kesenian.

Rumah kecil Pushkin di Moscow di jalan Arbat tempat ia lahir di ubah menjadi Museum Pushkin. Begitu juga rumah terakhirnya di Saint Petersburg, di sulap menjadi museum Puskin, dengan pahatan patungnya yang sangat megah. Karyanya abadi sebagaimana seorang sastrawan yang mengubah tatanan pemerintahan dengan karya.

Dosen saya tersenyum lebar di akhir cerita. Terlihat di wajahnya ia sangat menyukai kisah tentang pushkin. Dosen saya berkata, seandainya pushkin tetap tinggal di Moscow dia tak akan meninggal secepat itu. Mengundang geli hati ini, bertanya tentang getirnya takdir hidup.

Sesaat, ketika pelajaran akan di mulai kembali saya pun bertanya. Mengapa Pushkin dan Natalia menikah jika memang rahasia kecilnyaa, mereka tak pernah saling mencintai? Dosen saya mengerutkan dahi, mencari-cari jawaban. Lalu ia menjawab tak tau pasti kenapa mereka menikah, tapi yang pasti, Pushkin menjadi sangat miskin saat di kucilkan oleh Pemerintah. ia hanya bisa menikah dengan gadis miskin pula, pilihannya jatuh pada Natalia. Dan mereka pun menikah karena bernasib sama-sama miskin, bukan karena cinta.

Entahlah kisah hidup dan cinta Pushkin sebagai soerang penyair tak seindah karya puisinya. Jika mau berkunjung ke Rusia, jangan lupa ke Museum Pushkin di Moscow, kamu akan di sambut oleh patung kedua pasangan ini berdiri namun dalam keadaan sama tinggi postur tubuhny. Walau kita tau mereka memiliki postur yang timpang, namun sesuai dengan anjuran pemerintah saat ini, kedua patung ini di buat sama tingginya.

Salju di luar semakin menggila. Matahari telah terbenam 10 menit lalu, padahal jam baru menunjukan 16.09. Halaman selanjutnya dari pelajaran dasar bahasa Rusia kembali di buka, saatnya belajar cara menyebut angka-angka.


Penulis: Hartati HI Arsyad

Editor: Oshinsky El Cordova

Previous Fasisme Ormas, Fasisme Universitas: Catatan Tentang Upaya Pemberangusan Kebebasan Akademik
Next Peradaban & Kekecewaan Manusia

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *