catatankaki.org — “Petani dan kita tidak membutuhkan pembangunan sebagaimana pemerintah lakukan. Kalau kita sudah bisa makan yah cukup itu.” Ucap salah satu massa aksi.
Mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Amunisi Tani melangsungkan aksi di Pertigaan Adipura Lama, Tello pada senin (24/9). Aksi ini diikuti oleh kurang lebih 150 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Makassar dan dimulai sekitar pukul 14.00 WITA.
Aksi ini merupakan sebuah bentuk kampanye dalam memperingati keluarnya UUPA 1960 atau dikenal sebagai hari tani nasional. Kampanye ini pun berisikan sebuah penyadaran posisi petani dalam pembangunan nasional di berbagai daerah. Mahasiswa yang tegabung dalam serikat tersebut melaksanakan aksi dengan membuat sebuah lingkaran sebagai bentuk simpul dan dengan membentangkan spanduk yang bertuliskan “Tanah untuk Rakyat, Pangan untuk Semua”. Aksi berjalan diwarnai dengan pembakaran ban sebagai bentuk bela sungkawa atas kondisi para petani di Indonesia saat ini yang jauh dari kedaulatan mereka. Kampanye dilakukan dengan pemberian orasi ilmiah dari mahasiswa, sembari membagikan selebaran yang berisi tuntutan pada aksi tersebut. Adapun tuntutan yang dibawa adalah :
- Hentikan liberalisasi dalam sektor pertanian.
- Hentikan kriminalisasi terhadap petani.
- Hentikan perampasan lahan dan alih fungsi lahan.
Momentum peringatan hari tani ini merupakan sebuah wujud keresahan mahasiswa terhadap kondisi petani yang hari ini tidak baik-baik saja. Terjadi berbagai banyak masalah dalam pertanian mulai dari alih fungsi lahan, regulasi yang tidak menguntungkan petani, hingga pada bagaimana pembangunan meniscayakan perampasan lahan bagi petani.
“Karena ini sebagai wujud keresahan mahasiswa bahwa petani hari ini tidak baik-baik saja, dimana dalam lahan mereka negara seakan-akan menganggap bahwa tanah ini milik mereka dengan segala regulasi-regulasi yang berakibat pelonggaran dalam alih fungsi lahan dengan tujuan pembangunan misalnya. Mereka mungkin bepikir bahwa pembangunan lebih penting daripada makanan.” Ucap anjas selaku bagian dari massa aksi.
Setelah berlangsung selama dua jam, maka massa aksi pun mulai menarik diri dan mencukupkan aksi tersebut. Meskipun terjadi beberapa intervensi dari aparat, massa aksi tetap menaruh harapan yang besar bagi pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian bagi petani.
“Harapan saya terhadap petani juga harapan saya kepada masyarakat, yang mana mereka harus sadar dan melawan bahwa ini memang betul-betul penindasan berada di depan mata. Mereka harus memperkuat juga self defense dan berpengetahuan bukan hanya mencangkul di lahan. Kalau patani bisa berpengetahuan mungkin saja tidak akan terjadi perampasan lahan.” Tutup Anjas.
Penulis: Mela Menyala
No Comment