Dampak dari komersialisasi pendidikan, mahasiswa bersuara.

catatankaki.org — Ratusan mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) dari berbagai fakultas yang tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu, kembali menggelar aksi untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional, Rabu, 2 Mei 2018.

Aksi itu muncul dari permasalahan yang muncul sebagai dampak dari komersialisasi pendidikan melalui UUPT No 12 Tahun 2012. Tuntutan dalam aksi ini adalah: 1) Menolak kenaikan UKT dan segala bentuk pembiayaan di luar UKT, 2) Mendesak birokrasi Unhas untuk melaksanakan transparansi anggaran, 3) Menolak segala bentuk pembungkaman demokrasi dalam kampus.

Kronologi Aksi Hardiknas

Aksi tersebut diawali dengan berkumpulnya massa aksi di pelataran MKU pada pukul 11.00 Wita. Beberapa massa aksi membawa spanduk dan pataka yang bertuliskan tuntutan-tuntutan mereka. Selain itu, beberapa massa aksi juga kompak mengenakan almamater sebagai atribut aksi.

Mahasiswa mulai berjalan menuju pintu 1 Unhas. Foto : Mei

Setelah massa aksi telah berkumpul, mereka mulai berjalan menuju rektorat. Saat di depan rektorat, mahasiswa mencoba menurunkan bendera. Beberapa Satpam sempat menghalangi tindakan tersebut, namun mahasiswa tetap menurunkan bendera hingga setengah tiang sebagai tanda berkabungnya dunia pendidikan hari ini. Massa aksi lalu menuju Pintu Satu Unhas dan tiba pada pukul 12.15 WITA. Di Pintu Satu Unhas, tiga truk yang hendak melintas diberhentikan oleh massa aksi dan supir truk bersedia mengantar ke lokasi aksi di Fly Over. Selain mengendarai truk, beberapa massa aksi juga mengendarai motor.

Massa aksi tiba pada pukul 12.55 WITA di Fly Over dan langsung berkumpul di bawahnya. Massa aksi dari Aliansi Perjuangan Mahasiswa Indonesia (APMI) Makassar telah tiba sebelumnya dan tengah berorasi. Selain itu, ratusan polisi turut dikerahkan untuk mengawal aksi ini. Sembari menunggu massa aksi dari kampus lain untuk bergabung, beberapa mahasiswa Unhas menyampaikan orasinya untuk membangkitkan semangat massa aksi.

Tak lama kemudian, mahasiswa dari Universitas Bosowa ikut bergabung dan disusul oleh mashasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI), Universitas Indonesia Timur (UIT), Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Univesitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Fajar (UNIFA). Selain itu, aksi ini juga turut diramaikan oleh Gerak Buruh, Ikatan Pelajar Masiswa Indonesia (IPMIN) dan siswa. Aksi ini menimbulkan kemacetan parah di sekitar lokasi tersebut, akibatnya arus lalu lintas dialihkan oleh pihak kepolisian.

Seluruh massa aksi dari berbagai kampus bersama-sama membentuk lingkaran dan menyuarakan aspirasinya dengan berorasi secara bergantian. Orasi bergilir tersebut berlangsung selama satu jam. Saat orasi dari mahasiswa masih berlangsung, rombongan massa dari Gerak Buruh dan organ lainnya datang dan membuat suasana aksi terpecah. Massa aksi  terdistraksi oleh volume speaker dan toa yang bergema dimana-mana. Hal ini menyebabkan rombongan massa dari UNM dan UIN Alauddin berpindah ke depan kantor DPRD Provinsi Sul-Sel, sedangkan massa dari Unhas berpindah ke arah Jalan Pettarani.

Tak lama kemudian, datang massa dari Organisasi Pergerakan Mahasiswa (OPM). Mereka membakar bakar ban sambil berorasi diatas truk. Tindakan itu membuat suasana aksi kemudian memanas karena polisi turun tangan untuk menghentikannya. Hal ini juga lah yang membuat massa dari Unhas bergeser ke depan kantor DPRD Sulsel.

Pada pukul 15.35 Wita, massa aksi dari Unhas dan beberapa universitas lain mulai bergerak menuju kampus masing-masing. Meskipun saat itu, aksi dari organ lainnya masih berlangsung di Fly Over. Dengan mengendarai truk dan mobil polisi, massa Unhas bergerak menuju titik aksi kedua yaitu di Pintu Satu Unhas. Mereka tiba pada pukul 16.15 Wita. Kemacetan kembali terjadi karena massa aksi menutup jalan.

Mereka membentuk lingkaran sambil membentangkan spanduk bertuliskan  #masih menolak UUPT dan #wujudkan demokratisasi kampus. Di tengah lingkaran, massa aksi membakar ban. Aksi di pintu 1 ini kembali diwarnai dengan berbagai orasi dari mahasiswa. “Pendidikan hari ini tidaklah baik-baik saja kawan-kawan. Tolak PTN-BH! Kapitalisme hancurkan! Imperialisme hancurkan!” , teriak seorang mahasiswa dalam orasinya. Beberapa mahasiswa ada pula yang membacakan puisi. Selama aksi, mahasiswa juga turut bernyanyi dan mengaungkan sumpah mahasiswa untuk membakar semangat massa aksi yang lain.

Pendidikan hari ini tidaklah baik-baik saja kawan-kawan. Tolak PTN-BH! Kapitalisme hancurkan! Imperialisme hancurkan!

Sama seperti di Fly Over, puluhan polisi turut mengamankan aksi ini sambil mengatur lalu lintas. Selain itu, beberapa Satpam juga ikut mengawal jalannya aksi ini. Intimidasi sempat terjadi antara massa aksi dan segerombolan tentara yang hendak melintas. Seorang tentara mengancam massa aksi dengan mengacungkan sandal dari atas mobil. Tentara itu berteriak dengan mata melotot “Berani ko’?! Berani ko’?!”. Namun, tindakan intimidatif tersebut tidak membuat mahasiswa gentar, justru mereka membalasnya dengan melemparkan air gelas ke arah mobil tentara itu sambil berteriak serempak “Huuuhhh!”.

Beberapa saat setelah mobil tentara tersebut melintas, dari arah yang sama muncul rombongan tentara lainnya. Belasan tentara itu muncul dengan mengendarai motor dan berhenti di dekat lokasi aksi. Mereka lalu ikut bergabung dengan polisi untuk mengamankan aksi.

Saat hari menjelang petang, sekitar pukul 17.00 Wita, Abdul Rasyid yang kerap disapa Cido selaku Wakil Rektor Bidang Alumni dan Mahasiswa, datang dari arah kampus Unhas. Ia langsung mendekat ke rombongan massa aksi bersama beberapa Satpam. Massa aksi sedang asyik bernyanyi tidak menghiraukan kehadirannya. Cido kemudian memerintahkan satpam untuk menutup gerbang Pintu Satu Unhas, supaya massa aksi yang dikepung dari pihak pengamanan tidak bisa berlindung dalam kampus. “Tutup langsung saja gerbangnya, supaya tidak bisa lewat!,” tegasnya.

Gerbang ditutup. Mahasiswa mulai didesak oleh polisi, satpam, dan tentara untuk menepi ke dekat gerbang. Lalu datang tambahan personel dari kepolisian sehingga mahasiswa semakin terdesak. Selain itu, seorang satpam menarik salah seorang massa aksi dari arah dalam kampus. Hal itu memicu emosi mahasiswa sehingga memancing bentrok. Aksi lempar batu pun tak terhindarkan.

Menjelang Isya, massa aksi sempat berkumpul kembali di sekitar taman teras Unhas. Namun, mereka akhirnya bubar karena satpam datang lagi dan mendesak untuk bubar.

Cabut UUPT

Tim catatankaki menemui Jenderal Lapangan aksi Aliansi Unhas Bersatu, Alfaraby. Ia mengatakan, aksi yang dibangun mahasiswa untuk mengampanyekan dua tuntuntan “Cabut UUPT dan wujudkan demokratisasi kampus,” ujarnya.

Ia menegaskan, jika aliansi akan terus berkonsolidasi membahas dua tuntutan mahasiswa tersebut. “Ada konsolidasi-konsolidasi besar lagi dalam mengkaji dan meriset kedua hal tersebut,” ungkapnya.

Salah seorang mahasiswa aksi juga menyampaikan tuntutannya. Ia melihat pendidikan hari ini sudah dikomersialisasi oleh kaum kapitalis. PTN-BH adalah salah satu buktinya. Investor asing di izinkan masuk dan mengeruk keuntungan di kampus.

Sekarang pendidikan tidak lagi membebaskan, justru mematikan daya kritis mahasiswa. Aksi ini dilakukan untuk memperjuangkan hak pendidikan untuk semua, saya berharap semoga suatu saat nanti akan terwujud,” tutur mahasiswa beralmamater merah ini.


Reporter : Mei, Nopy

Penulis : Nopy

Editor : Don Fahmi

Previous Marsinah, Sebuah Nama yang Abadi Dalam Jiwa Kaum Pekerja!
Next Student Loan: Penetrasi Bankir Lintah Darat sebagai Kepingan Skenario Liberalisasi di sektor Pendidikan

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *