Perusahaan mengabaikan jaminan kesehatan pekerjanya, pengawas Cleaning Service Unhas mesti menanggung sendiri biaya pengobatan rumah sakit hingga akhirnya meninggal.

catatankaki.org — Kabar mengenai meninggalnya pengawas Cleaning Service Universitas Hasanuddin (Unhas) telah terdengar ke seantero pekerja kebersihan kampus beberapa minggu yang lalu. Pengawas di area Rusunawa Unhas atas nama Arman (44 thn) telah meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Namun sepeninggalnya, ia menyisihkan sebuah peringatan bagi pekerja Cleaning Service lain di Unhas yang juga mengalami permasalahan sama yang diderita almarhum. Yakni, para pekerja Cleaning Service  PT. Prima Mitra Klin, perusahaan tempat Pak Arman bekerja yang tidak memperhatikan jaminan kesehatan para pekerjanya.

Tim catatankaki mendatangi rumah almarhum di Jl. Sukabumi Kecamatan Panakkukang, Kamis (12/04). Setelah menemukan lorong rumah almarhum, kami masuk sekitar 20 meter dan menemukan rumah kayu bercat kuning dengan alamat nomor 42. Kami menjumpai kakak almarhun, Andi Arifin, Ia langsung menyalakan lampu ruang tamu dan mempersilahkan kami duduk. Setelah kami memperkenalkan diri, Iping nama sapaan Andi Arifin kemudian memanggil ibunya, Andi Marta untuk ikut menemui kami.

Arman dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo sejak tanggal 8 Maret 2018, Ia didiagnosa menderita penyakit tuberkulosis dan peradangan otak – efek sewaktu jatuh. Dalam perawatannya, ia selalu ditemani kakak dan ibunya serta beberapa keluarga lain yang bergantian menemani. Sementara sesama teman pekerja Cleaning Service lain silih berganti datang menjenguknya.

Setelah lima hari perawatan di RS Wahidin, keluarga terpaksa memindahkan Arman ke RSUD Daya dengan alasan keluarga sudah tidak sanggup membayar biaya pengobatan yang mahal. Selama di RS Wahidin, keluarga telah mengeluarkan biaya sekitar Rp.5.400.000,-,“biaya obatnya yang mahal, Rp. 600.000,- per suntik, baru berapa kali suntikmi,” ucap Iping.

Keluarga mesti membayar sendiri biaya tersebut karena Arman tidak memiliki kartu BPJS Kesehatan yang seharusya disediakan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Karena hal itu, dokter di RS Wahidin menyarankan untuk mengurus terlebih dahulu BPJS Kesehatan pasien dan untuk sementara akan dipindakan ke RSUD Daya. Di rumah sakit tersebut pihak keluarga mengurus surat keterangan tidak mampu untuk biaya pengobatan pasien.

Terus itu suruhki rawat di rumah, saya kan tidak tega itu hari kalau dirawat dirumah jelas meninggalmi ini anak, makanya dirujuk ke rumah sakit Daya, nanti selesai BPJS-nya kasi kembali mi lagi ke Wahidin,” ujar Iping. Namun sebelum Arman dirujuk lagi ke RS Wahidin, ia meninggal di RSUD Daya pada tanggal 19 Maret 2018, sehari sebelum BPJS Kesehatan miliknya bisa digunakan.

Terus itu suruhki rawat di rumah, saya kan tidak tega itu hari kalau dirawat dirumah jelas meninggalmi ini anak, makanya dirujuk ke rumah sakit Daya, nanti selesai BPJS-nya kasi kembali mi lagi ke Wahidin,

Andi Marta, ibu almarhum mengatakan, selama anaknya dirawat, perusahaan tempat Arman bekerja tidak memberikan bantuan yang layak pada anaknya. Padahal ia berharap setidaknya BPJS Kesehatan pasien bisa digunakan untuk menutupi biaya pengobatan. Namun tak se peser pun diterimanya, hanya patungan sesama pekerja Cleaning Service lain yang memberikan bantuan uang sampai sekitar Rp.3.000.000,-an untuk menambah biaya pengobatan. “Saya sempat jengkelji juga dek masalah itu, saya sudah berkalimi anui itu bosnya,” sela Iping ditengah pimbicaraan dengan ibu almarhum.

Hal ini juga seperti yang dikatakan RM, pekerja Cleaning Service di area Fakultas MIPA, ia mengaku jengkel dengan sikap perusahaan yang tidak memperhatikan kondisi pekerja. “Justru kita’ ji yang kumpul uang, baru perusahaan tidak ada, malahan na potong ji gajinya kalau pengawas Rp. 100.000,- untuk bantu pak Arman, padahal seharusnya bisa ji BPJS,” ucap RM, Jumat (13/04).

Diantara 340-an pekerja Cleaning Service Unhas, banyak diantara mereka yang tidak mempunyai BPJS Kesehatan. Bahkan jika dilihat dari beberapa kasus belakangan, BPJS pekerja justru tidak bisa digunakan di Rumah Sakit karena iuaran BPJS mereka tidak dibayar oleh perusahaan, sementara upah pekerja terus dipotong tiap bulannya dengan alasan pembayaran iuran BPJS, sebuah kebohongan nyata menganga dihadapan mata kepala kita semua.


Reporter : Mei, Petunia

Penulis : Petunia

Editor : Øshinsky Ḗl Ḉhallul

Previous Invasi Budaya Kapitalisme dan Efektifnya Kekuatan Massa
Next Kronologi Aksi Mahasiswa Unhas Tolak ‘Student Loan’

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *