catatankaki.org — Setelah melakukan riset berupa kuisioner selama kurang lebih 5 bulan yaitu sejak awal September 2015 sampai February 2016, Lingkar Advokasi Mahasiswa Universitas Hasanuddin (LAW UH) mengadakan seminar hasil riset tentang kualitas penyelenggaraan akademik Unhas di World Class University, Kamis, 10 Maret 2016.
Diketahui bahwa status Unhas yang telah berubah menjadi PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum), beberapa tahun sebelumnya Unhas juga memperoleh akreditasi institusi dengan grade “A” dan sertifikasi ISO(International Standard Organization) 9001, hingga sampai sekarang sangat marak Unhas menggaungkan angan-angan menjadi World Class University.
Seminar di Aula Prof Matulada tersebut menghadirkan beberapa pembicara beserta penanggap dari kalangan mahasiswa dan dosen. Mereka adalah Agung dari LAW Unhas dan Muhammad Ridha, dosen UIN yang juga alumni Unhas sebagai pembicara, serta penanggap dari kalangan dosen Unhas, bapak Alwi Rahman, Ibu Endang, Prof Alfian, serta perwakilan mahasiswa yang berasal dari BEM FKM.
Dalam seminar tersebut, Agung sebagai pembicara dari LAW Unhas memaparkan hasil riset yang berisi tentang tanggapan mahasiswa terhadap beberapa variabel yang fundamental dengan kriteria universitas sebagai World Class University. Beberapa diantaranya yaitu SOP (Standard Operational Procedure) yang terdiri dari Otoritas fakultas, tata kelola administrasi dan kinerja staf akademik, otoritas dosen, kuliah lima tahun, kekerasan akademik hingga kemerosotan intelektual, dari beberapa variabel tersebut dapat terlihat grafik ketidakpuasan mahasiswa masih sangat tinggi.
Muhammad Ridha menambahkan bahwa terkadang pembangunan yang sifatnya besar seperti world class university itu diikuti oleh konsikuensi-konsikuensi yang tidak kecil. Berangkat dari contoh pembangunan-pembangunan tata ruang kota yang berskala besar, akan berbuah menjadi perampasan ruang hidup bagi rakyat kecil.
Dari pihak penanggap, Pak Alwi Rahman menanggapi bahwa World Class University adalah bukan tentang bagaimana menyamakannya dengan Universitas-Universitas di Eropa dan negara lainnya, tetapi bagaimana Unhas bisa menjadi world class dengan penguasaan wawasan tentang wilayah timur Indonesia. Hal itu tentunya diikuti dengan kualitas Universitas yang memadai. Ibu Endang dosen ilmu politik menambahkan bahwa hasil riset ini merupakan bentuk kritikan ilmiah. Kritikan ilmiah yang disampaikan oleh siapapun harus didengarkan tanpa memandang statusnya.
Seminar tersebut diikuti oleh mahasiswa beberapa lembaga kemahasiswaan Unhas. Beberapa peserta dan panitia sangat menyayangkan ketidakhadiran para pemangku kebijakan Universitas Hasanuddin dalam seminar tersebut, mulai dari rektor sampai pada tataran dekanat dari tiap fakultas. Padahal mereka telah diundang jauh hari sebelumnya oleh panitia penyelenggara.
No Comment