catatankaki.org — Suara-suara penolakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) kembali terdengar di kampus ”Merah” Universitas Hasanuddin.. Pada Kamis (19/3) pukul 12.35 Wita, sekitar 200 mahasiswa dari seluruh fakultas di Unhas yang tergabung dalam aliansi “Unhas Bersatu” yang menuntut pencabutan sistem UKT dan transparansi pengelolaan anggaran. Aksi dimulai di depan gedung Perpustakaan Pusat dan kemudian dilanjutkan di depan Rektorat Unhas.
Massa aksi membentangkan sekitar 20 spanduk dan “pataka” berisi unek-unek dan berbagai kalimat penolakan terhadap sistem UKT. Salah satunya bertuliskan “Universitas Tempat Mendidik BUKAN Tempat Mencari Laba”. Satu per satu perwakilan setiap fakultas berorasi menyuarakan gugatannya. Bahkan, salah seorang mahasiswa baru angkatan 2014 yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) ikut menyampaikan keresahannya. Ia mengatakan bahwa pada saat Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru, pihak birokrasi kampus menjelaskan bahwa sistem UKT merupakan sistem sekali bayar dalam per semesternya, namun kenyataannya ia masih harus melakukan pembayaran ketika proses perkuliahan dimulai seperti pungutan biaya praktikum, pembelian diktat serta pungutan-pungutan liar lainnya.
Hal tersebut dialami Ayu (Red.) salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan 2014 yang masih harus merasakan banyaknya pembayaran tambahan. “katanya tidak adami pembayaran tambahan kalau UKT, tapi kenyataannya masih tetap jaki’ bayar penuntun praktikum, biaya praktek lapang” ujarnya.
Menurut Achil selaku wakil koordinator lapangan aksi, aliansi Unhas Bersatu akan terus mengawal dan menolak sistem UKT karena hal ini adalah keresahan bersama dan sudah banyak menimbulkan masalah di beberapa fakultas. Sistem UKT justru melahirkan kelas antara mahasiswa kaya dan miskin, juga semakin tingginya biaya kuliah yang sangat memberatkan mahasiswa sehingga penerapan sistem UKT ini haram hukumnya.
Di akhir aksi penolakan UKT ini, koordinator lapangan membacakan tuntutan dari aliansi, yaitu “Pencabutan sistem UKT serta transparansi penerimaan dan pengelolaan anggaran Unhas”. Lalu surat tuntutan tersebut diserahkan ke Wakil Rektor II yang hadir di depan massa aksi dan berjanji akan melakukan dialog bersama pada hari Kamis mendatang dikarenakan Rektor Unhas sedang di luar kota. (st)
No Comment